7 KURCACI
Namaku Claura, aku mempunyai enam sahabat
terbaik. Raya, Joe, Leina, Keylie, Vito dan Yogi, merekalah teman-teman
terbaikku. Kami mempunyai sebuah nama untuk persahabatan kami yaitu 7 kurcaci.
Kami seperti kurcaci yang saling bekerja sama, selalu berbagi dan baik hati.
Kring..
kring.. kring.. ! alarm ku berbunyi.
“Claura, ayo cepat bangun dan bersiap-siap
karena hari ini kamu ada acara kelulusan, mama sudah menyiapkan baju untuk kamu
kenakan”
Sementara aku masih dalam keadaan setengah sadar,
“Baiklah ma”. Aku pun langsung bersiap-siap dan mama ku sudah menyiapkan makan
pagi. Setelah itu kami pun pergi bersama-sama ke gedung Himalaya.
Sesampainya
disana ternyata teman-temanku sudah banyak yang datang.
“Hai Claura”
sapa Raya dan Joe padaku.
“Hai Raya, hai
Joe, mengapa kalian hanya berdua saja, kemana yang lain?”
“Leina,
Keylie, sedang ke toilet, lalu Vito dan Yogi sedang dalam perjalanan kemari.”
Kata Raya.
“Oh.. Tidak terasa ya bahwa kita sudah lulus, aku
sangat tidak menyangka akan secepat ini” kataku.
Tidak lama Leina dan Keylie datang.
“Hai Claura”
sapa mereka.
“Hai” kataku
“Kamu sangat
cantik dengan gaun ini” kata Keylie
“Terima kasih
Key, kalau kau ingin nanti setelah selesai acara ini kita belanja bersama”
kataku
“Ah.. tidak
usah nanti aku merepotkan dirimu, aku jadi tidak enak pada ibu mu Claura” kata
Keylie
“Ya, benar
kata Key, nanti kita terus merepotkan dirimu, kau terlalu baik pada kami
Claura” kata Lei
“Ya sudah,
tapi kapan-kapan kalian harus mau, aku saja tidak merasa direpotkan” kataku
“Iya Claura ku” kata Lei dan Key sambil tertawa.
Kemudian
datanglah Yogi dan Vito, mereka berdua kembar namun tak sama. Ya begitulah
mereka, mereka sangat baik dan asik.
“Hai, ayo
kita langsung duduk disana” kata Vito.
“Oke”
Kami pun duduk di satu deret kursi sambil
menikmati acara peresmian kelulusan kami. Tak lama acara pun selesai dan kami
sudah resmi lulus dari sekolah.
“Claura, ayo kita pulang, kita akan mengurusi
surat-surat untuk kuliah mu di luar negeri” kata ibuku yang bertingkah sombong
didepan teman-temanku.
Ya ibuku memang selalu begitu di depan ke-enam
sahabat ku, ia selalu merendahkan teman-temanku. Aku sangat tidak suka dengan
sifat ibuku yang seperti ini.
“Ya bu, ibu tinggu saja di mobil, aku ingin berpamitan
dengan temanku dulu”
“Baiklah sayang”, lagi-lagi menjawab dengan nada
sombong.
“Jadi benar kamu akan meninggalkan kami?” tanya Joe
padaku.
“Bukankah kita sudah berjanji akan membuka usaha
bersama setelah ini?” kata Vito
Mendengar pertanyaan mereka aku menjadi
terpaku, aku bingung harus menjawab apa, karena aku tidak bisa melawan
perkataan ibuku.
“Maafkan aku, aku sangat ingin bekerja sama dengan
kalian tapi ibuku, ia tidak ingin aku selalu bersama kalian, kalian kan sudah
tau ini sejak lama” kataku
“Ya Claura, sebaiknya memang benar kau harus mengikuti
perkataan ibumu, aku tidak mau ibumu tambah benci pada kami” kata Keylie.
“Iya Claura, benar apa yang dikatakan key” kata Lei
dan Joe.
“Teman-teman aku tidak bisa lama, aku sudah ditunggu
ibuku, aku minta maaf sekali lagi, sampai jumpa” kataku
Kami terus memikirkan bagaimana agar
Claura tetap di sini dan ibu Claura tidak terus merendahkan kami. Semoga Tuhan
memberikan jalan untuk kami agar kami bisa selalu bersama Claura. Bersahabat
selamanya.
“Sebaiknya kita pulang” kata Yogi
“Aku masih
tidak menyangka, aku tidak ingin Claura pergi” kata Raya.
“Sudahlah,
kalau memang kita ditakdirkan selalu bersama, Claura tidak akan pergi” kata
Vito
“Benar apa
yang dikatakan Vito, sebaiknya kita berdoa yang terbaik untuk Claura dan kita
semua” kata Joe
“Joe, Raya, Key kami pulang dulu ya” kata Vito, Yogi
dan Leina
Mereka bertiga pun pulang bersama karena arah
menuju rumah mereka sama sedangkan Joe, Raya dan Keylie berbeda dengan mereka.
“Joe, Raya
kita mampir ke restauran dulu yuk, aku sangat lapar” kata Key
“Iya kekey
sayang” kata Joe yang berusaha menggoda Keylie.
“Kalian ini
memang sama saja, baru tadi kalian makan di gedung” kata Raya
“Duh.. Raya kamu tahu kan kalau kami seperti ini,
haha..”
Mereka
bertiga tertawa bersama, dan melanjutkan perjalanan bersama ke restauran
terdekat.
“Claura,
sampai kapan kamu terus bergaul dengan mereka” kesal ibuku
“Sudahlah bu, Claura kan sudah berteman dengan mereka
sejak kecil, tetapi nilainya tetap bagus dan sikapnya juga baik, temannya itu
tidak membawa dampak negatif bagi Claura bu” kata Ayah ku
Aku
pun hanya bisa menangis dan mendengar orang tua ku bertengkar hanya karena
diriku.
“Claura kamu
harus dengarkan kata mama, kamu ini baru saja lulus, kamu harus kuliah untuk
melanjutkan belajar kamu agar nantinya kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang
layak dan ibu tidak akan malu dengan teman-teman ibu” kata ibuku.
“Bayangkan kalau kamu tidak kuliah, kamu mau jadi apa,
perusahaan tidak akan mau menerima kamu, yang ada kamu bikin malu ibu” sambung
ibuku.
“Iya ibu, maaf
kalau Claura membuat kesal ibu, Claura akan mendengarkan kata ibu, tapi izinkan
aku agar aku selalu bisa berkomunikasi dengan teman-temanku” kataku.
“Tidak, tidak
akan pernah ibu izinkan, kamu harus berteman dengan selevel mu, agar kamu tidak
salah pergaulan” kata ibu.
“Ibu
benar-benar kejam” aku pun sudah tidak kuat menahan semua kesal ku, aku pun
pergi ke kamar untuk menyendiri.
“Bu, kamu itu
tidak pernah mengerti perasaan Claura” kata ayah.
“Aku mengerti
dia, apa yang ia mau aku turuti, tapi kenapa apa yang aku inginkan tidak dia
turuti” kata ibu.
“Karena
keinginanmu itu tidak pantas diwujudkan” kesal ayah.
“Ah.. terserah apa kata ayah, ibu capek ingin
istirahat, ayah makan saja sendiri” kata ibu yang kesal, lalu menuju kamar.
Aku rasanya ingin pergi dari sini, aku sangat tidak suka dengan keadaan
seperti ini, aku sangat tertekan. Memang sebaiknya aku pergi dari rumah ini
untuk beberapa hari saja agar hatiku menjadi tenang, mungkin aku bisa menginap
dirumah Leina. Aku pun menyiapkan tas serta uang, namun untuk handphone ku
sebaiknya aku tinggalkan di kamar ku agar orang tua ku tidak menelpon diriku.
Aku keluar melalui jendela kamarku, lalu aku berjalan keluar gerbang tanpa
diketahui satpam atau pembantu rumahku. Akhirnya aku berhasil. Aku terus berjalan
menuju rumah Leina dengan tatapan kosong. Aku berharap dapat menenangkan diri
disana bersama Leina, karena hanya Leina yang benar-benar mengerti aku.
Sudah setengah jalan ku jejaki, aku
tetap berjalan fokus kedepan tak lama aku dihampiri tiga orang pemuda yang
seram, dan aku sangat takut mereka menarikku dan merampas tasku. Aku berteriak
“Tolong.. tolong..” namu tidak ada yang mendengar. Aku pun dibawa ke sebuah
gudang disekitar jalan tersebut. Aku diikat dengan tali dan tiga pemuda itu
meminta nomor telepon orang tua ku untuk meminta tembusan, namun aku tidak
pernah ingat nomor telepon orangtua ku. Mereka marah padaku, akhirnya pergi
meninggalkan ku di gudang, mungkin mereka ingin melanjutkan mencari mangsa dan
mencari identitas keluarga ku untuk mendapatkan uang. Ibu ayah , Claura sangat
takut, untungnya pemuda itu hanya merampas tas ku.
Sementara dirumah,
“Ayah.. ayah..
Claura hilang yah” kata ibuku. “Apa? Bagaimana bisa ia menghilang?” kata ayah.
“Ini semua pasti karena ayah..” ibuku menyalahkan ayah.
“Sudahlah bu,
sekarang bukan waktunya untuk menyalahkan, ayo cepat kita kabarkan polisi dan
teman-teman Claura” kata ayah.
“Ray, handphone kamu bunyi tuh” kata Joe.
Raya pun mengangkat telepon tersebut dan ternyata...
“Joe, Key,
Claura hilang, baru saja ayah Claura mengabarkannya padaku, bagaimana ini?”
kata Raya yang kebingungan dan panik.
“Sebaiknya aku
kabari Lei, Vito dan Yogi agar mereka ikut membantu mencari Claura” kata
Keylie.
“Ayo cepat kita harus mencari bersama dan menanyakan
orang disekitar, siapa tahu mereka melihat Claura pergi kemana” kata Joe.
Sementara Lei, Vito dan Yogi yang telah mendengar
kabar tersebut dari Key langsung bergegas mencari Claura di tempat berbeda.
Mereka pun terus mencari dan polisi pun sudah turun tangan. Sudah 3 hari
aku hilang, aku pun merasa sudah sangat bersalah, pasti ibu dan ayah sangat
khawatir padaku. Teman-teman ku juga pasti sedang panik mencari ku. Aku sangat
menyesal pergi tanpa izin orang tua ku. Aku janji setelah bebas dari sini aku
akan menuruti perkataan ibu dan ayah, aku tak ingin ibu dan ayah menjadi
bertengkar karena aku. Mungkin aku harus segera merelakan teman-teman ku dan
mungkin suatu saat aku bisa bertemu kembali dengan keenam sahabat terbaikku.
Aku
tidak boleh diam saja di gudang ini, aku harus berusaha mencari jalan keluar
dari gudang ini dan melepaskan ikatan tali ini. Namun tidak bisa, akhirnya aku
mencoba menjalankan kursi ini kedepan pintu untuk aku berteriak agar dapat
terdengar ke luar gudang tersebut. Sementara pemuda tersebut memang sedang
pergi ke jalanan untuk mencari uang.
Ini adalah peluang terbaikku. Semoga aku
berhasil.
“Tolong..
tolong aku.. aku ada didalam gudang ini, apakah ada orang di luar sana?
Tolong....”
“Eh kalian
tunggu sebentar, apakah kalian mendengar suara minta tolong?” kata Vito.
“Hmm.. iya aku
mendengarnya, suara ini mirip sekali dengan suara Claura” kata Leina.
“Ayo kita cari
sumber suaranya” kata Yogi.
Mereka terus
mencari sumber suara tersebut, suara tersebut semakin besar dan semakin jelas
terdengar saat kami mendekati sebuah gudang yang kami curigai.
“Jangan-jangan
Claura disini? Duh Claura kasihan sekali dia di culik disini” kata Leina,
“Sebaiknya kita hati-hati deh Yog, siapa tau disini ada penculiknya” sambung
Leina.
“Sudahlah kamu tenang saja Lei, Ayo Vit kita dobrak
pintunya..” kata Yogi.
Sedangkan
Leina mengabari orang tua Claura agar polisi dapat menuju kemari untuk
mengamankan kita semua.
“Ayo bu, Leina mengabarkan ia sudah
menemukan Claura, lebih baik kita kesana bersama polisi” kata ayah. “Oh..
Tuhan, anakku akhirnya ketemu, ayo yah cepat, aku sudah sangat khawatir pada
Claura” kata ibu.
“1.. 2.. 3.. dobrak!!” “1.. 2.. 3..
dobrak!!” semangat Vito dan Yogi.
Akhirnya kami berhasil mendobrak pintu gudang tersebut. Kami pun melihat
Claura yang diikat dengan tali dan sudah dalam keadaan lemah karena ia belum
makan selama 3 hari. Kami pun melepaskan ikatan tali tersebut. Tak lama
kemudian saat kami ingin kabur, tiga pemuda tersebut datang namun sekarang
mereka tidak hanya bertiga tetapi berenam. Vito dan Yogi pun tidak patah
semangat, mereka harus melawan pemuda-pemuda tersebut agar bisa membebaskan
Claura. Sedangkan Leina melindungi Claura dan membuat Claura tenang. Vito dan
Yogi sudah penuh dengan luka, karena melawan keenam pemuda yang sangat jago
berkelahi, namu mereka tidak menyerah, demi teman terbaiknya mereka rela
bercucuran darah untuk menyelamatkan temannya.
Kemudian datanglah polisi dan orang tua dari Claura. Polisi tersebut
langsung menangkap pemuda-pemuda tersebut. Dan orang tua Claura menghampiri Claura
dan ibu Claura pun meminta maaf pada Claura atas semua yang ibu Claura perbuat.
Sementara ayah Claura menelpon ambulance untuk membawa Vito dan Yogi untuk
diobati karena luka berkelahinya tadi cukup parah. Namun biaya rumah sakit akan
tetap ayah Claura tanggung.
Dirumah sakit, “Claura, maafkan ibu
sekali lagi ya sayang” kata ibuku menangis, “Iya bu, tidak apa-apa”. Ibu juga
meminta maaf pada teman-temanku dan berterima kasih telah menyelamatkan
anaknya. “Claura, ibu akan membatalkan semua rencana kuliah mu itu, sekarang
kamu boleh melakukan apa yang kamu mau dan kamu boleh berteman dengan mereka
sampai kapanpun”. “Hah? Beneran bu? Wah.. terima kasih ibu” aku sangat senang
mendengar perkataan ibuku, begitu pula teman-teman ku mereka juga turut senang.
“Ibu tidak
akan lagi melarang kamu berteman dengan mereka Claura, jadi kapan pun kamu
ingin bermain dengan mereka, ibu sangat memperbolehkan, kalian juga boleh
membuka usaha bersama, namun kaliah juga harus kuliah, ibu akan membiayakan
kalian untuk kuliah bersama-sama, pasti kalian akan sangat senang?” kata ibu
senang.
“Asik.. terima kasih tante” kata kami.
“Oke saatnya kita makan, om membawakan makanan untuk
kalian, pasti kalian lapar, om juga membawakan bubur untuk Vito dan Yogi” kata
ayah sambil tertawa di ruang perawatan.
“Apa om?
Bubur?” kata Vito dan Yogi yang tidak suka bubur.
“Iya, kalian
berdua harus makan ini, oke?” kata ayahku.
“Ah... tidak”
kata Vito dan Yogi kesal.
“Hahaha..” kami semua tertawa mendengarkan kekesalan Vito dan Yogi yang seperti anak kecil itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar