Selasa, 25 Oktober 2016

Karya M. Ariq

Kursi Roda

Secarik kertas koran dengan tampilan yang lusuh berserakan kemana mana.Belum lagi sisa sisa penghapus dan rautan pensil menyatu bagaikan tepung dan terigu yang berserakan pula di lantai kamar dengan ukuran yang tidak terlalu kecil itu.Dari sebagian kertas kertas itu yang terpajang di langit langit kamar Heinz,pemuda yang namanya biasa disebut demikian,terpapar rancangan mesin mesin aneh dan unik hasil imajinasi beliau.Lengkap dengan coret coretan rumus dan skema skema di bagiannya.Kamar itu penuh dengan alat alat eksperimen aneh yang sama sekali belum terealisasikan.Hanya ada satu purwarupa alat hasil buah tangan dan imajinasinya yang benar-benar terealisasikan.Walaupun benda itu hanyalah sebuah mesin pemotong rumput dengan roda jenis track yang bentuknya lebih mirip kendaraan tempur daripada mesin pemotong rumput.Sebagian dari rancangan itu ada pula yang gagal karena kurangnya ketelitian Heinz dalam merakit mesin itu.Hasilnya,kertas rancangan itu memenuhi kamar Heinz dengan menggantung di langit-langit kamar secara abstrak.

Kini Heinz hanya memandangi dari sudut kamarnya sembari mengamati proyek proyeknya yang secara teknis masih angan-angan yang belum direalisasikan.Sebenarnya banyak faktor yang membuatnya tidak bisamelanjutkan proyek-proyek ambisius yang terpapar dari coretannya tersebut.Antara lain karena kurangnya dana yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Teknik MesinUniversitas Aachen ini.Ia juga bukanlah seseorang yang jenius.Berbekal ketertarikannya dengan proyek-proyek mesin dan mekanika serta berbagai macam eksperimen-lah yang membuatnya menjadi seseorang yang geek terhadap alat alat mekanika dan elektronika.Meski juga didukung oleh imajinasinya menjadi  seorang Iron Man,karakter superhero buatan Marvel yang terkenal jenius itu.Ia tinggal di sebuah rumah kost yang letaknya tak jauh dari sebuah bengkel.Jadi sebenarnya cukup mudah untuk merealisasikan alat-alat rancangannya.Tetapi juga bukan dana masalahnya.Ia juga harus fokus menyelesaikan kuliahnya.Ia juga bekerja secara part time di sebuah toko buku.Jadi ia harus menunggu waktu yang tepat untuk mengeksekusi rancangannya.

           Musim libur datang.Ketika teman-teman Heinz memilih berlibur bersama keluarga ataupun kawan dengan berwisata ke gunung,pantai,ataupun keluar negeri,ia lebih memilih menetap di rumah kost kecilnya bersama Adler,seseorang paruh baya yang memiliki kost tersebut.Adler sudah terbiasa mendengar suara berisik dari kamar Heinz setiap malam.Terutama saat liburan seperti ini.Untungnya dia adalah sosok yang ramah dan toleran,sehingga ia membiarkan Heinz sibuk dengan dunianya.Asalkan ia tidak berbuat kerusakan di kost berlantai kayu yang sudah tua itu.

          Suatu ketika,ia ditelpon oleh kerabatnya yang lama.Dan ia kagum karena teman dekatnya sewaktu di SMA dulu kini telah menjadi pengusaha muda yang sukses.Hal ini tentu membuat iri baginya.Ia ingin semua yang dia rancang benar benar sukses dan menjadi alat yang bermanfaat.Ia bermimpi memiliki perusahaan elektronik ternama dengan alat alat hasil rancangannya.Ia termotivasi untuk menggunakan hari hari liburnya demi merealisasikan rancangannya yang belum selesai.Namun ia masih bingung proyek apa yang sebaiknya benar benar ia lanjutkan.Iaharus realistis karena tidak semua rancangannya pasti bisa diselesaikan sebelum liburan usai.Maka ia ambil sepatu coklatnya dan ia bergegas ke taman untuk sekedar mencari inspirasi bersama buku catatan kecilnya.


                 Di taman ia mencari tempat duduk  yang pas untuk  mencari inspirasi.Sambil mengamati kolam taman,perhatiannya tertuju pada seseorang kakek yang mencoba untuk beranjak dari bangku di sebelahnya,tetapi ia kesulitan,bahkan hampir jatuh.Ia hampiri kakek itu sambil membantunya kemudian ia  menanyakan mengapa ia tidak membawa tongkat ataupun kursi roda untuk pergi ke taman itu.

   “Sudah 2 tahun penyakit Parkinson ku kambuh”jelas kakek itu dengan suara agak serak.

   “Lantas mengapa bisa terhambat dengan penyakit itu?.”

   “Aku tidak bisa menggerakkan anggota tanganku dengan stabil.Penyakit ini membuat gerakanku bergetar ketika ingin mengambil sesuatu.”

“Memangnya keluarga anda tidak ada yang mau membantu?”tanya Heinz dengan sopan

    “Aku tinggal sendirian di sebuah rumah peninggalan anakku.Mereka semua tewas karena kecelakaan.”

Dalam benak Heinz,muncul rasa ibanya terhadap sang kakek.

   Tiba tiba terlintas di pikirannya untuk membuat kursi roda untuk kakek itu.Ia langsung merencanakan alat alat untuk rancangannya.

   “Aku bisa membuatkan kursi roda untuk kakek,tetapi aku kekurangan salah satu faktor pendukungnya”

   “Tenanglah nak,aku bisa mendukungmu,jarang sekali ada anak muda yang berambisi dalam teknologi sepertimu,ambillah beberapa uang ini,gunakanlah seperlu mungkin hingga proyekmu selesai.Aku sangat kagum jika kau benar benar mau membuatkannya untukku.”


Beberapa hari kemudian kursi roda sederhana itupun selesai dibuat.Ia melengkapi teknologi yang memungkinkan penderita Parkinson dapat menggunakannya.Melihat kursi itu telah jadi,kakek itu sangat senang.Ia bangga memakainya.Ia bercerita keapda Heinz bahwa dahulu pada masa kecilnya ia adalah seorang mekanika yang juga bermimpi menciptakan dunia lebih modern.Namun penyakit yang diderita membuat ia menguburkan mimpinya.Tetapi ia senang ada anak muda yang bermimpi sepertinya.Begitu pula Heinz,ia senang telah berbuat baik kepada orang lain,meskipun ia tidak mendapat keuntungan materi.Ia bersyukur di masa mudanya dapat berkarya kepada orang lain.Berita tentang penemuan kursi roda khusus itu kemudian terkenal di khalayak masyarakat.Tidak lama kemudian nama Heinz terkenal oleh berbagai media.Ia direkrut oleh perusahaan farmasi dan mulai menjadi peneliti disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar