Selasa, 25 Oktober 2016

Karya Elsa N.

Arti Dari Sebuah Pertemuan
“Tuhan mempertemukan dua insan untuk satu alasan. Entah untuk belajar atau mengajarkan. Entah hanya untuk sesaat atau untuk selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya. Akan tetapi, tetaplah menjadi yang terbaik di waktu tersebut. Lakukan dengan tulus. Meski tidak menjadi seperti yang diinginkan. Tidak akan sia-sia karena Tuhan yang mempertemukan.”

                Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Itulah yang dialami oleh Cantikka Oktavyani yang biasa dipanggil Okta. Setelah bekerja keras dan sungguh-sungguh akhirnya ia diterima disalah satu Universitas ternama di Indonesia. Okta merupakan mahasiswa baru jurusan Psikologi. Sejak SMA Okta sangat mendambakan jurusan tersebut, karena menurutnya jurusan tersebut sesuai dengan karakter dirinya yang suka mendengarkan keluh kesah temannya dan memberikan saran.

            Hari ini jadwal kuliah Okta adalah pagi hari. Pukul 05:00 ia sudah bangun lalu mandi dan menunaikan ibadah sholat subuh, setelah sholat Okta sarapan bersama Ayah dan Ibunya. Okta merupakan anak tunggal jadi ia sedikit dimanja oleh orang tuanya. Setelah menyelesaikan sarapannya Okta diantar oleh Ayahnya ke kampus. Sesampainya di kampus ia segera menghampiri Vinka yang merupakan teman barunya, “Hey Vin! Lama gak nunggunya? Maaf ya agak lama soalnya tadi macet” kata Okta sambil menyengir, “Santai aja kali, gua juga baru 5 menit yang lalu duduk disini” jawab Vinka sambil tersenyum.

            Di kampus Okta memang disegani banyak orang karena mudah bergaul, apa adanya dan pendengar yang baik tak hanya itu, Okta juga memiliki wajah yang cantik dan senyum yang manis sehingga banyak laki-laki yang jatuh cinta padanya. Banyak laki-laki yang mencoba mendekati Okta namun tidak satupun yang dapat mengambil hatinya, Okta merupakan orang yang cuek dalam hal cinta. Baginya cinta hanyalah menyakiti perasaan seseorang dan meruntuhkan harapan.

            Hari ini Okta dan Vinka sudah janjian akan mengerjakan tugas kuliah bersama tepatnya di rumah Vinka. Jarak rumahnya ke rumah Vinka lumayan jauh, ia akhirnya memutuskan untuk menaiki taksi. Sesampainya di rumah Vinka, mereka langsung mengerjakan tugas mereka diselingi dengan curhatan Vinka. Pukul 20:00 mereka baru menyelesaikan tugas mereka. Okta langsung pamit pulang karena sudah malam, Okta pun berjalan ke simpang jalan untuk mencari taksi, namun sudah 30 menit ia menunggu taksi tak kunjung datang. Tiba-tiba ada 2 orang preman yang mabuk menghampiri Okta dan menggodanya, Okta sangat ketakutan dan ia hanya bisa berteriak minta tolong, ia melawan preman tersebut namun preman tersebut malah berlaku kasar kepad Okta. Tiba-tiba datang seorang lelaki yang memukul kedua preman tersebut, Okta kaget melihat adegan tersebut. Akhirnya preman tersebut menyerah dan pergi dari tempat tersebut. Okta yang masih takut masih berdiri memaku di tempatnya. Lelaki tersebut mendekati Okta dan menenangkannya. Refleks Okta memeluk lelaki itu dengan erat, setelah beberapa lama Okta tersadar dan melepaskan pelukannya, “Maaf ya tadi gua takut banget jadi refleks meluk lu” kata Okta dengan malu-malu, “Gapapa kok santai aja, nama gua Rasyad Keviani panggil aja Kevin, oh iya nama lu siapa?” kata lelaki itu sambil menjulurkan tangannya disertai dengan senyuman, “Nama gua Cantikka Oktavyani, panggil aja Okta, hm makasih ya udah nolongin gua, ga tau deh gimana nasib gua kalau lu ga nolongin gua” balas Okta dengan senyum manisnya, “Iya sama-sama, lain kali harus lebih hati-hatinya kalau sendirian di tempat sepi kayak gini” kata lelaki itu dengan ramah.

            Setelah kejadian Kevin menyelamatkan Okta dari 2 preman itu, hubungan mereka semakin dekat. Bahkan hampir setiap hari Kevin selalu mengantar dan menjemput Okta. Okta pun menceritakan kedekatannya dengan Kevin kepada Vinka. Okta juga sudah memperkenalkan Kevin dengan Vinka secara langsung dan Kevin sering membantu mengerjakan tugas mereka. Kedekatan yang terjalin antara Okta dan Kevin menumbuhkan benih-benih cinta di hati kedua insan tersebut. Menurut Okta, kevin adalah orang yang selalu ada untuknya disaat ia sedih atau senang, orang yang selalu menolongnya disaat ia membutuhkan bantuan dan ia merasa lebih nyaman dan aman jika bersama Kevin. Kevin pun merasakan hal yang sama, namun ia menjaga perasaannya dan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan itu semua.

            Okta, Kevin dan Vinka sering menghabiskan waktu bertiga, mereka layaknya sahabat yang sudah bersahabat bertahun-tahun. Namun diam-diam, Vinka juga mempunyai rasa kepada Kevin, diam-diam Vinka sering memperhatikan Kevin namun dia segera memalingkan pandangannya kala Kevin menengok kedirinya. Semakin hari Vinka semakin menggilai Kevin dan dibelakang Okta diam-diam dia mendekati Kevin. Namun, Vinka suka cemburu karena Kevin selalu bersikap manis kepada Okta dan mengabaikannya. Ia merasa Okta adalah penghalang baginya untuk bisa lebih dekat dengan Kevin. Vinka pun berniat akan merebut hati Kevin dari Okta, ia sudah membuat rencana untuk memisahkan Kevin dan Okta.

            Vinka mengajak Okta untuk makan malam bersama di sebuah kafe tanpa Kevin, Okta pun menerima tawaran temannya tersebut mereka janjian pukul 19:00, Okta pun datang tepat pukul 19:00 ia pun menunggu Vinka dapat sambil memainkan handphonenya, seharian ini ia dan Kevin tidak berkomunikasi karena Kevin sedang sibuk dengan tugasnya. Sebenarnya itu hanya alasan Kevin, seharian ini dia menyiapkan sesuatu yang akan ia berikan untuk Okta, hari ini dia akan menyatakan apa yang selama ini ia rasakan. Setelah menunggu sekitar 20 menit, Okta pun menghubungi Vinka, “Hallo Vin, lu lagi dimana sekarang? Gua udah sampe di kafe tempat kita janjian” kata Okta’ “Maaf banget Ta gua lupa kasih kabar ke lu kalau gua gak bisa, tiba-tiba badan gua panas tinggi, maaf banget ya Ta lu jadi nunggu lama” jawab Vinka pura-pura sedih, “Oh jadi lu sakit, yaudah deh gapapa kok santai aja, cepet sembuh ya Vin!” kata Okta dengan raut wajah agak kecewa, “Makasih ya Ta, lu emang temen yang paling ngertiin gua” balas Vinka. Sebenarnya Vinka sudah bersekongkol dengan Raffi yang merupakan lelaki yang pantang menyerah untuk mendapatkan cinta Okta, Kevin pun mengenal Raffi dan ia sangat marah jika Okta berdekatan dengan Raffi. Kevin memiliki alasan dari sikapnya menurutnya Raffi adalah orang yang tidak baik, ia beberapa kali melihat Raffi merokok dan berperilaku kasar kepada wanita. Ia takut Okta disakiti bila dekat dengan Raffi.

            Ketika hendak pergi meninggalkan tempatnya tiba-tiba ada tangan yang menahannya, Okta pun menoleh dan betapa terkejutnya bahwa yang ada dihadapannya adalah Raffi. Namun kali ini Raffi sangat dari biasanya, tapi Okta ingat dengan larangan Kevin. Okta berpikir bahwa ini hanyalah akal-akalan Raffi agar hubungannya dengan Kevin menjadi renggang. Okta pun melepas genggaman tangan Raffi namun apadaya tenaga Raffi lebih kuat darinya, Okta pun melepaskan dengan paksa naum Raffi malah mencengkram tangan Okta sampai Okta kesakitan dan membawanya keluar restoran. Tak sengaja Kevin melewati kafe tersebut dan melihat Raffi sedang menarik paksa Okta. Kevin pun langsung menghampiri Raffi dan memukulnya, perkelahian pun tak bisa dihindarkan, Okta langsung menepi karena ketakutan, ia juga takut terjadi apa-apa dengan Kevin. Raffi yang sudah babak belur pun menyerah dan meninggalkan tempat tersebut. Kevin langsung berlari dan memeluk Okta memberikan ketenangan. Okta pun menceritakan kejadian yang baru saja ia alami, ternyata Vinka menipunya, Vinka tidak sakit ia pergi ke rumah Kevin untuk menyatakan cintanya, namun ditolak oleh Kevin karena dihatinya saat ini hanya ada Okta. Tidak ada yang lain.

            Kevin mengajak Okta kesuatu tempat yang indah, mereka melihat hamparan bintang-bintang yang berkelap-kelip menyinari bumi yang gelap. Kevin meraih tangan Okta dan menyatakan seluruh perasaannya ke Okta dan memberikan mawar merah. Okta tidak menyangka ternyata Kevin memiliki rasa yang sama seperti dirinya, disaat itu Okta juga menyatakan perasaan yang ia simpan. Dan akhirnya mereka saling menjaga perasaan masing-masing dan berharap ini tidak terjadi sementara waktu, melainkan selamanya.


“Diantara kita tidak ada yang bisa memastikan apakah pertemuan tersebut akan berakhir indah atau buruk. Aku hanya bisa berusaha membuat pertemuan ini menjadi sebuah akhir yang indah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar