Arti
Dari Sebuah Pertemuan
“Tuhan mempertemukan dua
insan untuk satu alasan. Entah untuk belajar atau mengajarkan. Entah hanya
untuk sesaat atau untuk selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau
hanya sekedarnya. Akan tetapi, tetaplah menjadi yang terbaik di waktu tersebut.
Lakukan dengan tulus. Meski tidak menjadi seperti yang diinginkan. Tidak akan
sia-sia karena Tuhan yang mempertemukan.”
Usaha
tidak pernah mengkhianati hasil. Itulah yang dialami oleh Cantikka Oktavyani
yang biasa dipanggil Okta. Setelah bekerja keras dan sungguh-sungguh akhirnya
ia diterima disalah satu Universitas ternama di Indonesia. Okta merupakan
mahasiswa baru jurusan Psikologi. Sejak SMA Okta sangat mendambakan jurusan
tersebut, karena menurutnya jurusan tersebut sesuai dengan karakter dirinya
yang suka mendengarkan keluh kesah temannya dan memberikan saran.
Hari ini jadwal kuliah Okta adalah
pagi hari. Pukul 05:00 ia sudah bangun lalu mandi dan menunaikan ibadah sholat
subuh, setelah sholat Okta sarapan bersama Ayah dan Ibunya. Okta merupakan anak
tunggal jadi ia sedikit dimanja oleh orang tuanya. Setelah menyelesaikan
sarapannya Okta diantar oleh Ayahnya ke kampus. Sesampainya di kampus ia segera
menghampiri Vinka yang merupakan teman barunya, “Hey Vin! Lama gak nunggunya?
Maaf ya agak lama soalnya tadi macet” kata Okta sambil menyengir, “Santai aja
kali, gua juga baru 5 menit yang lalu duduk disini” jawab Vinka sambil
tersenyum.
Di kampus Okta memang disegani
banyak orang karena mudah bergaul, apa adanya dan pendengar yang baik tak hanya
itu, Okta juga memiliki wajah yang cantik dan senyum yang manis sehingga banyak
laki-laki yang jatuh cinta padanya. Banyak laki-laki yang mencoba mendekati
Okta namun tidak satupun yang dapat mengambil hatinya, Okta merupakan orang yang
cuek dalam hal cinta. Baginya cinta hanyalah menyakiti perasaan seseorang dan
meruntuhkan harapan.
Hari ini Okta dan Vinka sudah
janjian akan mengerjakan tugas kuliah bersama tepatnya di rumah Vinka. Jarak
rumahnya ke rumah Vinka lumayan jauh, ia akhirnya memutuskan untuk menaiki
taksi. Sesampainya di rumah Vinka, mereka langsung mengerjakan tugas mereka
diselingi dengan curhatan Vinka. Pukul 20:00 mereka baru menyelesaikan tugas
mereka. Okta langsung pamit pulang karena sudah malam, Okta pun berjalan ke
simpang jalan untuk mencari taksi, namun sudah 30 menit ia menunggu taksi tak
kunjung datang. Tiba-tiba ada 2 orang preman yang mabuk menghampiri Okta dan
menggodanya, Okta sangat ketakutan dan ia hanya bisa berteriak minta tolong, ia
melawan preman tersebut namun preman tersebut malah berlaku kasar kepad Okta.
Tiba-tiba datang seorang lelaki yang memukul kedua preman tersebut, Okta kaget
melihat adegan tersebut. Akhirnya preman tersebut menyerah dan pergi dari
tempat tersebut. Okta yang masih takut masih berdiri memaku di tempatnya.
Lelaki tersebut mendekati Okta dan menenangkannya. Refleks Okta memeluk lelaki
itu dengan erat, setelah beberapa lama Okta tersadar dan melepaskan pelukannya,
“Maaf ya tadi gua takut banget jadi refleks meluk lu” kata Okta dengan
malu-malu, “Gapapa kok santai aja, nama gua Rasyad Keviani panggil aja Kevin,
oh iya nama lu siapa?” kata lelaki itu sambil menjulurkan tangannya disertai
dengan senyuman, “Nama gua Cantikka Oktavyani, panggil aja Okta, hm makasih ya
udah nolongin gua, ga tau deh gimana nasib gua kalau lu ga nolongin gua” balas
Okta dengan senyum manisnya, “Iya sama-sama, lain kali harus lebih hati-hatinya
kalau sendirian di tempat sepi kayak gini” kata lelaki itu dengan ramah.
Setelah kejadian Kevin menyelamatkan
Okta dari 2 preman itu, hubungan mereka semakin dekat. Bahkan hampir setiap
hari Kevin selalu mengantar dan menjemput Okta. Okta pun menceritakan
kedekatannya dengan Kevin kepada Vinka. Okta juga sudah memperkenalkan Kevin
dengan Vinka secara langsung dan Kevin sering membantu mengerjakan tugas
mereka. Kedekatan yang terjalin antara Okta dan Kevin menumbuhkan benih-benih
cinta di hati kedua insan tersebut. Menurut Okta, kevin adalah orang yang
selalu ada untuknya disaat ia sedih atau senang, orang yang selalu menolongnya
disaat ia membutuhkan bantuan dan ia merasa lebih nyaman dan aman jika bersama
Kevin. Kevin pun merasakan hal yang sama, namun ia menjaga perasaannya dan
menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan itu semua.
Okta, Kevin dan Vinka sering
menghabiskan waktu bertiga, mereka layaknya sahabat yang sudah bersahabat
bertahun-tahun. Namun diam-diam, Vinka juga mempunyai rasa kepada Kevin,
diam-diam Vinka sering memperhatikan Kevin namun dia segera memalingkan
pandangannya kala Kevin menengok kedirinya. Semakin hari Vinka semakin
menggilai Kevin dan dibelakang Okta diam-diam dia mendekati Kevin. Namun, Vinka
suka cemburu karena Kevin selalu bersikap manis kepada Okta dan mengabaikannya.
Ia merasa Okta adalah penghalang baginya untuk bisa lebih dekat dengan Kevin.
Vinka pun berniat akan merebut hati Kevin dari Okta, ia sudah membuat rencana
untuk memisahkan Kevin dan Okta.
Vinka mengajak Okta untuk makan
malam bersama di sebuah kafe tanpa Kevin, Okta pun menerima tawaran temannya tersebut
mereka janjian pukul 19:00, Okta pun datang tepat pukul 19:00 ia pun menunggu
Vinka dapat sambil memainkan handphonenya, seharian ini ia dan Kevin tidak
berkomunikasi karena Kevin sedang sibuk dengan tugasnya. Sebenarnya itu hanya
alasan Kevin, seharian ini dia menyiapkan sesuatu yang akan ia berikan untuk
Okta, hari ini dia akan menyatakan apa yang selama ini ia rasakan. Setelah
menunggu sekitar 20 menit, Okta pun menghubungi Vinka, “Hallo Vin, lu lagi
dimana sekarang? Gua udah sampe di kafe tempat kita janjian” kata Okta’ “Maaf
banget Ta gua lupa kasih kabar ke lu kalau gua gak bisa, tiba-tiba badan gua
panas tinggi, maaf banget ya Ta lu jadi nunggu lama” jawab Vinka pura-pura
sedih, “Oh jadi lu sakit, yaudah deh gapapa kok santai aja, cepet sembuh ya Vin!”
kata Okta dengan raut wajah agak kecewa, “Makasih ya Ta, lu emang temen yang
paling ngertiin gua” balas Vinka. Sebenarnya Vinka sudah bersekongkol dengan
Raffi yang merupakan lelaki yang pantang menyerah untuk mendapatkan cinta Okta,
Kevin pun mengenal Raffi dan ia sangat marah jika Okta berdekatan dengan Raffi.
Kevin memiliki alasan dari sikapnya menurutnya Raffi adalah orang yang tidak
baik, ia beberapa kali melihat Raffi merokok dan berperilaku kasar kepada
wanita. Ia takut Okta disakiti bila dekat dengan Raffi.
Ketika hendak pergi meninggalkan
tempatnya tiba-tiba ada tangan yang menahannya, Okta pun menoleh dan betapa
terkejutnya bahwa yang ada dihadapannya adalah Raffi. Namun kali ini Raffi
sangat dari biasanya, tapi Okta ingat dengan larangan Kevin. Okta berpikir
bahwa ini hanyalah akal-akalan Raffi agar hubungannya dengan Kevin menjadi
renggang. Okta pun melepas genggaman tangan Raffi namun apadaya tenaga Raffi
lebih kuat darinya, Okta pun melepaskan dengan paksa naum Raffi malah
mencengkram tangan Okta sampai Okta kesakitan dan membawanya keluar restoran.
Tak sengaja Kevin melewati kafe tersebut dan melihat Raffi sedang menarik paksa
Okta. Kevin pun langsung menghampiri Raffi dan memukulnya, perkelahian pun tak
bisa dihindarkan, Okta langsung menepi karena ketakutan, ia juga takut terjadi
apa-apa dengan Kevin. Raffi yang sudah babak belur pun menyerah dan
meninggalkan tempat tersebut. Kevin langsung berlari dan memeluk Okta
memberikan ketenangan. Okta pun menceritakan kejadian yang baru saja ia alami,
ternyata Vinka menipunya, Vinka tidak sakit ia pergi ke rumah Kevin untuk
menyatakan cintanya, namun ditolak oleh Kevin karena dihatinya saat ini hanya
ada Okta. Tidak ada yang lain.
Kevin mengajak Okta kesuatu tempat
yang indah, mereka melihat hamparan bintang-bintang yang berkelap-kelip
menyinari bumi yang gelap. Kevin meraih tangan Okta dan menyatakan seluruh
perasaannya ke Okta dan memberikan mawar merah. Okta tidak menyangka ternyata
Kevin memiliki rasa yang sama seperti dirinya, disaat itu Okta juga menyatakan
perasaan yang ia simpan. Dan akhirnya mereka saling menjaga perasaan
masing-masing dan berharap ini tidak terjadi sementara waktu, melainkan
selamanya.
“Diantara kita tidak ada
yang bisa memastikan apakah pertemuan tersebut akan berakhir indah atau buruk.
Aku hanya bisa berusaha membuat pertemuan ini menjadi sebuah akhir yang indah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar