Cintaku Bagaikan Domino
Hai aku vivi, aku bersekolah di salah satu
sekolah internasional menengah atas di
Jakarta. Awal masuk sekolah aku sangat merasa gugup karena aku sangat khawatir
tidak memiliki teman, dan ternyata dugaan ku salah saat pertama kali aku masuk
ke dalam kelas ku X- Ipa 3 aku langsung disambut teman lama ku yaitu putri, aku
tidak menyangka bahwa aku akan bertemu dengan putri, hatiku sangat senang dan
tenang.
Hari pertama masuk sekolah telah aku
lewati, begitupun hari hari berikutnya aku lewati bersama dengan putri. Suatu
hari aku dan putri pergi ke kantin untuk membeli susu. Didalam perjalanan ke
kantin aku tertabrak seseorang dan aku langsung terjatuh karena benturan
badannya yang sangat kuat. “Aduhhhhh, sakit banget, siapa sih yang nabrak?”
saat itu aku sangat merasa kesakitan,
tetapi bukannya orang yang menabrak ku yang menolong ku tetapi putri
yang menolong ku. “udah udah ayo bangun, ga ada yang lukakan?” Tanya putri. “ga
ada sih put, tapi sakit banget, siapa sih yang nabrak tadi? Ga tanggung jawab
banget.”. “ga tau put, tadi aku cuman liat dia cowo tinggi berbadan besar,
setelah dia nabrak kamu dia langsung pergi aja, mungkin dia ga sengaja atau
memang lagi buru-buru.”jawab putri sembari menenangkan diriku. “ ya udah deh
biarin aja aku juga males mikirinnya.” Aku dan putri melanjutkan perjalanan ke
kanti.
Keesokan harinya aku dan putri pergi ke
kantin lagi dan tiba-tiba ada pria berbadan
tinggi yang menghampiriku. “eh maafin
aku ya soal yang kemaren, aku ga sengaja soalnya aku lagi buru buru .” “oh jadi
kamu orang yang nabrak aku kemaren? Ga tanggung jawab banget sih, sakit tau.”
Jawab ku dengan penuh emosi. “iya iya maaf, aku ga sengaja, kan tadi aku udah
jelasin kenapa aku nabrak kamu”jawab pria berbadan tinggi besar itu.” Oh ya
ngomong-ngomong nama aku mue,kelas X-Ipa 2, nama kamu siapa? Cowo itu menyodorkan
tangannya dan memberikan senyuman yang sangat manis, tiba tiba jantungku
berdebar sangat cepat, dan aku merasa pipiku memerah karena malu. “hmm..hmmm..
vii? Kamu kenapa kok kaya tersipuh malu gitu?hehe.” tiba tiba putri berbicara
seperti meledek diri ku.” Ih apa sih ga jelas kamu put.” “ehemm aku didiemin
ni? Pegel tau tangan aku.”tiba tiba cowo bernama mue itu menggoda ku.”oh iya
maaf, nama aku vivi kelas X-Ipa 3”jawabku dengan tersipu malu. “ udah yuk vi
kita kekantin, udah laper tau, kalo kalian mau lanjut ngobrol mendingan di
kantin aja sambil makan.hehehe.” tiba tiba putri berkata kata seperti itu. “aku
gabung sama kalian boleh ga?” kata mue. “ohh ya udah boleh kok, ayok” jawab
vivi. “oke makasih yaa” jawab mue kembali dengan senyuman manisnya itu.
Sejak hari itu aku sangat dekat dengan mue,
kami hampir setiap hari berkomunikasi lewat sms. Dan suatu malam yang sangat
dingin dan pancaran sinar bulan yang begitu indah aku mendapat pesan singkat
dari mue yang membuat ku antara percaya dan tidak percaya.
Mue: vi, lagi
sibuk ga?
Vivi : ga kok mu,
kenapa?
Mue : vi ada sesuatu yang igin aku katakan dengan kamu
Vivi: apa mue?
Mue: aku sebenernya sudah menyimpan rasa sama kamu
sejak pertama kita bertemu dan aku sangat merasa nyaman dengan kamu, kamu mau
ga jadi pacar aku?
Vivi: mue? Kamu serius? Jangan bercanda kaya gitu ah, ga lucu tau mu.
Mue: aku serius vi, apa jawaban kamu?
Vivi: hmm oke kalo gitu, aku juga akan jujur sama kamu
kalo aku juga menyimpan rasa sama kamu.
Tapi jangan rusak kepercayaan aku sama
kamu ya
Mue: siap vi aku akan jaga kamu dan menyayangi kamu
dengan sepenuh hati aku
Vivi: iya iya udah ah kamu gombal terus ntar
Mue: hehehe aku ga gombal pacar ku
Vivi: iya deh iyaaa
Keesokan
harinya mue menunggu ku di depan gerbang sekolah untuk masuk ke sekolah bersama
dan dia mengantar ku sampai kedepan kelas ku. Hati ku merasa sangat senang
dengan sikap manis mue. Tak pernah aku bayangkan aku bisa menjadi pacar mue.
Sudah 5 bulan lamanya aku menjalin hubungan
dengan mue, aku merasa sangat senang bahkan di sekolah aku dan mue menjadi
pasangan yang paling romantis dan sweet.
Ya aku sangat setuju dengan pendapat teman teman di sekolah ku karena mue
memang sangat bersikap manis dan romantis setiap hari kepadaku.
Tiba tiba suatu hari mue mengirim pesan
singkat yang membuat aku bingung dan heran.
Mue: vi aku mau ngomong suatu hal sama kamu
Vivi: kenapa mue?
Mue: jangan pernah benci sama aku ya
Vivi: kok kamu ngomong kaya gitu? Mana mungkin aku
benci sama kamu
Mue: ga kok vi, tolong banget jangan benci aku ya
Vivi: ya engga lah mue, kamu kenapa?
*dua jam berlalu
Vivi: mue? Kamu kok ga ada kabar?
Vivi: mue?
Mue: maaf, sebenarnya ada yang ingin aku kataakan tapi
besok aja ya
Vivi: kenapa ga sekarang aja?
Vivi: kamu kenapa sih? Sibuk ya?
Vivi: mue?
Keesokan harinya aku bertanya masalah
semalam kepada mue tetapi mue terdiam dan tidak menjawab sedikitpun pertanyaan
ku dan lebih parahnya dia pergi meninggalkanku. Di dalam kelas aku bertanya
kepada putri terhadap sikap mue hari ini, sikapnya sangat dingin, tetapi putri
tidak tau mengapa sikap mue pada hari ini.
Jam pelajaran sudah di mulai, pada jam
pertama kami belajar pelajaran kima, hmm pelajaran yang cukup sulit tapi aku
sangat menyukainya. Tiba tiba terlihat ibu kepala sekolah bersama dengan
seorang murid perempuan yang cantik.
“anak anak pada hari ini kalian akan
mendapat teman baru” kata ibu kepala sekolah. “Silahkan nak kamu perkenalkan
dirimu di depan kelas, ibu kembali ke kantor ya.” Kata ibu kepala sekolah. “ayo
nak perkenalkan diri kamu di depan kelas.” Kata ibu wati, guru kimia di sekolah
kami.” Nama saya tasya lina, saya berasal dari medan, saya pindah ke Jakarta
karena ikut ayah saya yang bertugas di Jakarta. Sekian perkenalan dari saya.”
Kata perempuan yang bernama tasya itu. “selamat datang tasya” jawab murid kelas
serempak. “ya tasya silahkan ke tempat duduk mu dan anak anak mari kita
lanjutkan pembelajaran kita.” Kata ibu wati
Dalam pelajaran aku sangat tidak
konsentrasi karena ada tasya, anak baru itu. Ntah kenapa perasaan ku sangat
tidak enak atas kedatangan tasya dan aku merasa dia perempuan yang sangat
sombong, ah tapi itu hanya perasaan ku saja. Tiba tiba putri memukul ku sangat
kencang “aduh kenapa sih put?” kata ku dengan rasa kesakitan. “kamu kenapa sih?
Kok diem aja?” “gapapa kok put” jawab ku dan melanjutkan termenung.
Waktunya jam istirahat tapi kok mue belum
kekelas aku ya? Biasanya kan dia nyamperin aku? Aneh banget sih sikap kamu hari
ini mue. “put mue mana ya? Kok dia ga keliatan?” Tanya ku kepada putri.” Iya ya
vi kok dia ga keliatan hari ini? Udah kekantin duluan aja yuk sama aku” Jawab
putri “ga tau deh put, ya udah deh ayok” jawab ku dengan rasa kecewa.
Sudah bel pulang sekolah tetapi mue tak
muncul juga, tiba tiba tasya menghampiriku.” Hai vivi, aku pulang duluan ya”
kata tasya dengan tatapan yang tak aku pahami apa maksud dari tatapan mata
tasya itu.” Oh iya.” Jawab ku singkat “
put tau ga tadi tasya bicara sama aku, dan tatapan matanya aneh banget
aku ga paham maksud tatapan dia itu apa?” “udah ga usah di pikirin, kamu
berfikiran positif aja ya. Udah ayo pulang””tapi mue gimana put? Tanya ku penuh
khawatir.”udah dia lagi sibuk, kita duluan aja.” Jawab putri mencoba
menenangkan diriku “ ya udah deh ayo put.”
Sudah 2 minggu lamanya aku tidak bertemu
dengan mue, ntah mengapa mue bersikap dingin seperti ini kepada ku. Apa salah
aku padanya, padahal waktu itu dia ingin mengatakan sesuatu kepada diriku tapi
mengapa dia malah menjauh dari diriku, aku tak mengerti dengan sikap mue yang
tiba tiba berubah kepada diriku. Setiap malam aku hanya memikirkan apa yang
terjadi pada mue? Apa yang ingin mue katakan? Atau aku melakukan kesalahan
kepada dirinya? Hanya itu yang kupikirkan setiap malam. Tapi aku bingung dengan
perasaan ku ini, mengapa aku sangat merasa kehilangan mue ? padahal mue
berjanji akan selalu bersamaku dan melindungi ku.
Keesokan paginya aku datang cepat
kesekolah, ntah apa yang membuat ku pada pagi hari ini datang lebih cepat
kesekolah. Aku hanya duduk di depan kelas sambil menunggu teman teman ku datang
tetapi sebenarnya hati kecil ku sedari tadi menunggu kedatangan mue. Tiba tiba
mue datang dan aku sangat merasa senang dan aku langsung memberikannya senyuman
ku yang sangat lebar tetapi mengapa mue
malah menundukkan kepalanya? Ya aku sangat
heran dan tiba tiba aku terkejut siapa perempuan yang berjalan di samping mue
itu? Hahhhh? Apa? Tasya? Mau apa dia dengan mue? Karena aku sudah terpancing
emosi dengan tingkah mue aku menarik tangannya “kamu kenapa sih? Tiba tiba
sikap kamu dingin banget ke aku?” dia mengabaikan perkataanku dan malah
mendatangi tasya dan berkata” tasya aku ke kelas dulu ya, kalo kamu butuh aku,
kamu dateng aja ya ke kelas aku, soalnya aku lagi males ke luar kelas ketemu
orang lain.” “iya mue, ntar aku ke kelas kamu ya” tasya menjawab perkataan mue
dengan senyumnya yang penuh kelicikan dan matanya yang mengarah kepada diri ku,
apa maksud tatapan itu sedari dulu? Ya selama tasya datang ke sekolah ini aku
tidak pernah berbincang panjang apa lagi bercanda dengan tasya.
“udah mue itu udah ga peduli sama kamu, jadi
ga usah pikirin dia, sekarang dia milik aku jadi kamu mending tinggalin dia.”
Tiba tiba terdengar suara dari belakang ku dan ternyata itu suara tasya. “kamu
siapa? Tiba tiba berbicara seperti itu? Kamu anak baru disini tapi udah merusak
hubungan seseorang!!” jawabku dengan penuh emosi. Tetapi bukannya tasya memberi
penjelasan kepada diri ku tetapi di meninggalkan ku dengan senyum licik dan
lirikan mata sinisnya yang menyebalkan.
Seharian ini aku hanya memikirkan apa
maksud ucapan tasya. Aku udah ga kuat dengan sikap dingin mue dan aku memutuskan
untuk berbicara kepadanya sepulang sekolah nanti. Ayo vi ayo kamu pasti kuat
kamu pasti bisa berbicara sama mue.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi semua
murid berhamburan keluar kelas begitupun dengan aku yang langsung menuju
ke kelas mue. Sesampainya di kelas mue
aku langsung menarik tangannya dan mengajaknya menuju ke kantin. “ada apa
dengan kamu?” Tanyaku langsung “aku baik baik saja, tidak ada yang salah pada
diriku” jawabnya ketus “lalu mengapa kamu menjauh dari aku? Dan mengapa kamu
dekat dengan tasya? Tanyaku dengan penuh kebingungan dan emosi. “baik jika kamu
memaksa aku akan mengatakan yang sejujurnya, aku minta kamu untuk jauh dari
aku, aku sudah mencintai orang lain dan aku lebih ingin membahagiakan dirinya
aku sudah bosan dengan kamu dan juga sikap kamu, jadi aku mohon sama kamu
tinggalkan aku dan lupakan aku.” Jawab mue cuek dan tidak ada rasa bersalah.
“tapi siapa perempuan itu? Kenapa begitu mudah kamu tinggalkan aku demi
perempuan lain? Apa yang salah dengan sikap ku?” Kata ku sambil menahan tetesan
air mata. “orang itu tasya dia dulu teman baik ku dan sekarang aku ingin terus
bersama dengan dirinya jadi aku harap kamu bisa mengerti hal itu.” Jawab mue.
Tiba tiba terdengar suara dari belakangku “sudah aku katakan lupakan dan
tinggalkan mue! Mue ayo kita pulang.” dan ternyata suara itu adalah suara
tasya, saat itu aku hanya terdiam ketika
mue pergi bersama tasya meninggalkan ku. Ya aku hanya duduk terdiam dan aku
sudah tidak bisa menahan air mata yang ingin mengalir membasahi pipiku. Tiba
tiba putri datang dan memelukku sambil menenangkan ku “sudah vi sudah ya jangan
nangis aku udah tau semuanya.” “tapi put dia jahat” jawabku sambil memeluk
putri. Putri terus mencoba menenangkan ku dengan berbagai cara dan akhirnya
hati ku pun sudah lebih tenang, karena aku sudah tenang putri mengantar ku
pulang ke rumah.
Di rumah aku hanya terdiam memikirkan apa
yang terjadi pada hari ini. Mengapa aku harus merasakan rasanya tersakiti, apa
yang mue pikirkan? Kami selalu di bilang sebagai pasangan yang paling romantis
tapi ternyata semua itu salah, mue memang orang yang romantis tetapi kepada
setiap wanita, dia memang memiliki kata
kata yang manis yang bisa membuat setiap hati wanita tersentuh dan jatuh hati
padanya. Mengapa harus tasya? Mengapa harus wanita licik itu, aku tidak rela
melepas mue padanya. Mengapa ketika aku sudah menyayangi mue, mue malah
menyayangi tasya. Memang sakit rasanya, cintaku benar benar bagaikan domino
yang telah berjatuhan. Aku jatuh hati kepada mue tetapi mue jatuh hati kepada
wanita lain.
Ya aku memutuskan untuk pergi dan menjauh
dari mue dan aku lebih memilih pergi meninggalkan mue dan membiarkan mue
bersama dengan tasya. Memang ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, air
mata yang jatuh mengandung ingatan tentang jam-jam ketika cinta kita berdua
tidak cukup. Semenjak kejadian hari itu aku tidak pernah berkomunikasi lagi
dengan mue ataupun tasya aku menganggap tidak pernah kenal dan jatuh hati
kepada mue. Lebih baik merelakan sesuatu hal yang sudah tidak mungkin kita
miliki di bandingkan harus memaksakan dan pada akhirnya menyakitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar