Selasa, 01 November 2016

Karya Adelin Y

Cintaku Bagaikan Domino

Hai aku vivi, aku bersekolah di salah satu sekolah internasional menengah atas  di Jakarta. Awal masuk sekolah aku sangat merasa gugup karena aku sangat khawatir tidak memiliki teman, dan ternyata dugaan ku salah saat pertama kali aku masuk ke dalam kelas ku X- Ipa 3 aku langsung disambut teman lama ku yaitu putri, aku tidak menyangka bahwa aku akan bertemu dengan putri, hatiku sangat senang dan tenang.

Hari pertama masuk sekolah telah aku lewati, begitupun hari hari berikutnya aku lewati bersama dengan putri. Suatu hari aku dan putri pergi ke kantin untuk membeli susu. Didalam perjalanan ke kantin aku tertabrak seseorang dan aku langsung terjatuh karena benturan badannya yang sangat kuat. “Aduhhhhh, sakit banget, siapa sih yang nabrak?” saat itu aku sangat merasa kesakitan,  tetapi bukannya orang yang menabrak ku yang menolong ku tetapi putri yang menolong ku. “udah udah ayo bangun, ga ada yang lukakan?” Tanya putri. “ga ada sih put, tapi sakit banget, siapa sih yang nabrak tadi? Ga tanggung jawab banget.”. “ga tau put, tadi aku cuman liat dia cowo tinggi berbadan besar, setelah dia nabrak kamu dia langsung pergi aja, mungkin dia ga sengaja atau memang lagi buru-buru.”jawab putri sembari menenangkan diriku. “ ya udah deh biarin aja aku juga males mikirinnya.” Aku dan putri melanjutkan perjalanan ke kanti.

Keesokan harinya aku dan putri pergi ke kantin lagi  dan tiba-tiba ada pria berbadan tinggi  yang menghampiriku. “eh maafin aku ya soal yang kemaren, aku ga sengaja soalnya aku lagi buru buru .” “oh jadi kamu orang yang nabrak aku kemaren? Ga tanggung jawab banget sih, sakit tau.” Jawab ku dengan penuh emosi. “iya iya maaf, aku ga sengaja, kan tadi aku udah jelasin kenapa aku nabrak kamu”jawab pria berbadan tinggi besar itu.” Oh ya ngomong-ngomong nama aku mue,kelas X-Ipa 2,  nama kamu siapa? Cowo itu menyodorkan tangannya dan memberikan senyuman yang sangat manis, tiba tiba jantungku berdebar sangat cepat, dan aku merasa pipiku memerah karena malu. “hmm..hmmm.. vii? Kamu kenapa kok kaya tersipuh malu gitu?hehe.” tiba tiba putri berbicara seperti meledek diri ku.” Ih apa sih ga jelas kamu put.” “ehemm aku didiemin ni? Pegel tau tangan aku.”tiba tiba cowo bernama mue itu menggoda ku.”oh iya maaf, nama aku vivi kelas X-Ipa 3”jawabku dengan tersipu malu. “ udah yuk vi kita kekantin, udah laper tau, kalo kalian mau lanjut ngobrol mendingan di kantin aja sambil makan.hehehe.” tiba tiba putri berkata kata seperti itu. “aku gabung sama kalian boleh ga?” kata mue. “ohh ya udah boleh kok, ayok” jawab vivi. “oke makasih yaa” jawab mue kembali dengan senyuman manisnya itu.

Sejak hari itu aku sangat dekat dengan mue, kami hampir setiap hari berkomunikasi lewat sms. Dan suatu malam yang sangat dingin dan pancaran sinar bulan yang begitu indah aku mendapat pesan singkat dari mue yang membuat ku antara percaya dan tidak percaya.

Mue:  vi, lagi sibuk ga?

Vivi :  ga kok mu, kenapa?

Mue : vi ada sesuatu yang igin aku katakan dengan kamu

Vivi: apa mue?

Mue: aku sebenernya sudah menyimpan rasa sama kamu sejak pertama kita bertemu dan aku sangat merasa nyaman dengan kamu, kamu mau ga jadi pacar aku?

Vivi: mue? Kamu serius?  Jangan bercanda kaya gitu ah, ga lucu tau mu.

Mue: aku serius vi, apa jawaban kamu?

Vivi: hmm oke kalo gitu, aku juga akan jujur sama kamu kalo aku juga menyimpan rasa sama kamu. 
Tapi jangan rusak kepercayaan aku sama kamu ya

Mue: siap vi aku akan jaga kamu dan menyayangi kamu dengan sepenuh hati aku

Vivi: iya iya udah ah kamu gombal terus ntar

Mue: hehehe aku ga gombal pacar ku

Vivi: iya deh iyaaa

            Keesokan harinya mue menunggu ku di depan gerbang sekolah untuk masuk ke sekolah bersama dan dia mengantar ku sampai kedepan kelas ku. Hati ku merasa sangat senang dengan sikap manis mue. Tak pernah aku bayangkan aku bisa menjadi pacar mue.

Sudah 5 bulan lamanya aku menjalin hubungan dengan mue, aku merasa sangat senang bahkan di sekolah aku dan mue menjadi pasangan yang paling romantis dan sweet. Ya aku sangat setuju dengan pendapat teman teman di sekolah ku karena mue memang sangat bersikap manis dan romantis setiap hari kepadaku.

Tiba tiba suatu hari mue mengirim pesan singkat yang membuat aku bingung dan heran.

Mue: vi aku mau ngomong suatu hal sama kamu

Vivi: kenapa mue?

Mue: jangan pernah benci sama aku ya

Vivi: kok kamu ngomong kaya gitu? Mana mungkin aku benci sama kamu

Mue: ga kok vi, tolong banget jangan benci aku ya

Vivi: ya engga lah mue, kamu kenapa?

*dua jam berlalu

Vivi: mue? Kamu kok ga ada kabar?

Vivi: mue?

Mue: maaf, sebenarnya ada yang ingin aku kataakan tapi besok aja ya

Vivi: kenapa ga sekarang aja?

Vivi: kamu kenapa sih? Sibuk ya?

Vivi: mue?

Keesokan harinya aku bertanya masalah semalam kepada mue tetapi mue terdiam dan tidak menjawab sedikitpun pertanyaan ku dan lebih parahnya dia pergi meninggalkanku. Di dalam kelas aku bertanya kepada putri terhadap sikap mue hari ini, sikapnya sangat dingin, tetapi putri tidak tau mengapa sikap mue pada hari ini.

Jam pelajaran sudah di mulai, pada jam pertama kami belajar pelajaran kima, hmm pelajaran yang cukup sulit tapi aku sangat menyukainya. Tiba tiba terlihat ibu kepala sekolah bersama dengan seorang murid perempuan yang cantik.

“anak anak pada hari ini kalian akan mendapat teman baru” kata ibu kepala sekolah. “Silahkan nak kamu perkenalkan dirimu di depan kelas, ibu kembali ke kantor ya.” Kata ibu kepala sekolah. “ayo nak perkenalkan diri kamu di depan kelas.” Kata ibu wati, guru kimia di sekolah kami.” Nama saya tasya lina, saya berasal dari medan, saya pindah ke Jakarta karena ikut ayah saya yang bertugas di Jakarta. Sekian perkenalan dari saya.” Kata perempuan yang bernama tasya itu. “selamat datang tasya” jawab murid kelas serempak. “ya tasya silahkan ke tempat duduk mu dan anak anak mari kita lanjutkan pembelajaran kita.” Kata ibu wati

Dalam pelajaran aku sangat tidak konsentrasi karena ada tasya, anak baru itu. Ntah kenapa perasaan ku sangat tidak enak atas kedatangan tasya dan aku merasa dia perempuan yang sangat sombong, ah tapi itu hanya perasaan ku saja. Tiba tiba putri memukul ku sangat kencang “aduh kenapa sih put?” kata ku dengan rasa kesakitan. “kamu kenapa sih? Kok diem aja?” “gapapa kok put” jawab ku dan melanjutkan termenung.

Waktunya jam istirahat tapi kok mue belum kekelas aku ya? Biasanya kan dia nyamperin aku? Aneh banget sih sikap kamu hari ini mue. “put mue mana ya? Kok dia ga keliatan?” Tanya ku kepada putri.” Iya ya vi kok dia ga keliatan hari ini? Udah kekantin duluan aja yuk sama aku” Jawab putri “ga tau deh put, ya udah deh ayok” jawab ku dengan rasa kecewa.

Sudah bel pulang sekolah tetapi mue tak muncul juga, tiba tiba tasya menghampiriku.” Hai vivi, aku pulang duluan ya” kata tasya dengan tatapan yang tak aku pahami apa maksud dari tatapan mata tasya itu.” Oh iya.” Jawab ku singkat “  put tau ga tadi tasya bicara sama aku, dan tatapan matanya aneh banget aku ga paham maksud tatapan dia itu apa?” “udah ga usah di pikirin, kamu berfikiran positif aja ya. Udah ayo pulang””tapi mue gimana put? Tanya ku penuh khawatir.”udah dia lagi sibuk, kita duluan aja.” Jawab putri mencoba menenangkan diriku “ ya udah deh ayo put.”

Sudah 2 minggu lamanya aku tidak bertemu dengan mue, ntah mengapa mue bersikap dingin seperti ini kepada ku. Apa salah aku padanya, padahal waktu itu dia ingin mengatakan sesuatu kepada diriku tapi mengapa dia malah menjauh dari diriku, aku tak mengerti dengan sikap mue yang tiba tiba berubah kepada diriku. Setiap malam aku hanya memikirkan apa yang terjadi pada mue? Apa yang ingin mue katakan? Atau aku melakukan kesalahan kepada dirinya? Hanya itu yang kupikirkan setiap malam. Tapi aku bingung dengan perasaan ku ini, mengapa aku sangat merasa kehilangan mue ? padahal mue berjanji akan selalu bersamaku dan melindungi ku.

Keesokan paginya aku datang cepat kesekolah, ntah apa yang membuat ku pada pagi hari ini datang lebih cepat kesekolah. Aku hanya duduk di depan kelas sambil menunggu teman teman ku datang tetapi sebenarnya hati kecil ku sedari tadi menunggu kedatangan mue. Tiba tiba mue datang dan aku sangat merasa senang dan aku langsung memberikannya senyuman ku yang sangat lebar tetapi  mengapa mue malah menundukkan kepalanya?  Ya aku sangat heran dan tiba tiba aku terkejut siapa perempuan yang berjalan di samping mue itu? Hahhhh? Apa? Tasya? Mau apa dia dengan mue? Karena aku sudah terpancing emosi dengan tingkah mue aku menarik tangannya “kamu kenapa sih? Tiba tiba sikap kamu dingin banget ke aku?” dia mengabaikan perkataanku dan malah mendatangi tasya dan berkata” tasya aku ke kelas dulu ya, kalo kamu butuh aku, kamu dateng aja ya ke kelas aku, soalnya aku lagi males ke luar kelas ketemu orang lain.” “iya mue, ntar aku ke kelas kamu ya” tasya menjawab perkataan mue dengan senyumnya yang penuh kelicikan dan matanya yang mengarah kepada diri ku, apa maksud tatapan itu sedari dulu? Ya selama tasya datang ke sekolah ini aku tidak pernah berbincang panjang apa lagi bercanda dengan tasya.

“udah mue itu udah ga peduli sama kamu, jadi ga usah pikirin dia, sekarang dia milik aku jadi kamu mending tinggalin dia.” Tiba tiba terdengar suara dari belakang ku dan ternyata itu suara tasya. “kamu siapa? Tiba tiba berbicara seperti itu? Kamu anak baru disini tapi udah merusak hubungan seseorang!!” jawabku dengan penuh emosi. Tetapi bukannya tasya memberi penjelasan kepada diri ku tetapi di meninggalkan ku dengan senyum licik dan lirikan mata sinisnya yang menyebalkan.

Seharian ini aku hanya memikirkan apa maksud ucapan tasya. Aku udah ga kuat dengan sikap dingin mue dan aku memutuskan untuk berbicara kepadanya sepulang sekolah nanti. Ayo vi ayo kamu pasti kuat kamu pasti bisa berbicara sama mue.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi semua murid berhamburan keluar kelas begitupun dengan aku yang langsung menuju ke  kelas mue. Sesampainya di kelas mue aku langsung menarik tangannya dan mengajaknya menuju ke kantin. “ada apa dengan kamu?” Tanyaku langsung “aku baik baik saja, tidak ada yang salah pada diriku” jawabnya ketus “lalu mengapa kamu menjauh dari aku? Dan mengapa kamu dekat dengan tasya? Tanyaku dengan penuh kebingungan dan emosi. “baik jika kamu memaksa aku akan mengatakan yang sejujurnya, aku minta kamu untuk jauh dari aku, aku sudah mencintai orang lain dan aku lebih ingin membahagiakan dirinya aku sudah bosan dengan kamu dan juga sikap kamu, jadi aku mohon sama kamu tinggalkan aku dan lupakan aku.” Jawab mue cuek dan tidak ada rasa bersalah. “tapi siapa perempuan itu? Kenapa begitu mudah kamu tinggalkan aku demi perempuan lain? Apa yang salah dengan sikap ku?” Kata ku sambil menahan tetesan air mata. “orang itu tasya dia dulu teman baik ku dan sekarang aku ingin terus bersama dengan dirinya jadi aku harap kamu bisa mengerti hal itu.” Jawab mue. Tiba tiba terdengar suara dari belakangku “sudah aku katakan lupakan dan tinggalkan mue! Mue ayo kita pulang.” dan ternyata suara itu adalah suara tasya, saat itu  aku hanya terdiam ketika mue pergi bersama tasya meninggalkan ku. Ya aku hanya duduk terdiam dan aku sudah tidak bisa menahan air mata yang ingin mengalir membasahi pipiku. Tiba tiba putri datang dan memelukku sambil menenangkan ku “sudah vi sudah ya jangan nangis aku udah tau semuanya.” “tapi put dia jahat” jawabku sambil memeluk putri. Putri terus mencoba menenangkan ku dengan berbagai cara dan akhirnya hati ku pun sudah lebih tenang, karena aku sudah tenang putri mengantar ku pulang ke rumah.

Di rumah aku hanya terdiam memikirkan apa yang terjadi pada hari ini. Mengapa aku harus merasakan rasanya tersakiti, apa yang mue pikirkan? Kami selalu di bilang sebagai pasangan yang paling romantis tapi ternyata semua itu salah, mue memang orang yang romantis tetapi kepada setiap wanita, dia memang  memiliki kata kata yang manis yang bisa membuat setiap hati wanita tersentuh dan jatuh hati padanya. Mengapa harus tasya? Mengapa harus wanita licik itu, aku tidak rela melepas mue padanya. Mengapa ketika aku sudah menyayangi mue, mue malah menyayangi tasya. Memang sakit rasanya, cintaku benar benar bagaikan domino yang telah berjatuhan. Aku jatuh hati kepada mue tetapi mue jatuh hati kepada wanita lain.

Ya aku memutuskan untuk pergi dan menjauh dari mue dan aku lebih memilih pergi meninggalkan mue dan membiarkan mue bersama dengan tasya. Memang ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, air mata yang jatuh mengandung ingatan tentang jam-jam ketika cinta kita berdua tidak cukup. Semenjak kejadian hari itu aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan mue ataupun tasya aku menganggap tidak pernah kenal dan jatuh hati kepada mue. Lebih baik merelakan sesuatu hal yang sudah tidak mungkin kita miliki di bandingkan harus memaksakan dan pada akhirnya menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar