USAHA TIDAK MEMBOHONGI
HASIL
Mentari sudah hampir sepenuhnya
tenggelam. Namun Russel, Stephen dan kawan-kawannya belum selesai latihan
basket, mereka masih berada di lapangan basket. Dengan wajah begitu cerah, sorot
mata yang penuh semangat dan peluh yang kian deras mengalir mereka terus saja
memainkan bola menuju ring lawan.
Suasana latihan sore itu begitu
berbeda, karena esok mereka akan menghadapi hari besar dimana mereka akan
mengikuti kejuaran basket antar sekolah. “Pritttt.....prittt....pritt...”
peluit dari pelatih berbunyi panjang yang menandakan sesi latihan selesai. Russel
dan Stephen mewakili sekolah mereka yang memiliki team basket bernama Oklahoma
Warriors.
Dari sekolah lain, Gianis dan Onil
mewakili sekolahnya yang mempunyai team basket bernama Golden Heat, team
sekolah ini sangat berselisih tegang dengan Oklahoma Warriors yang tidak lain
team basket Russel dan Stephen. Mereka mulai berselisih semenjak Gianis
mencederai Russeel dengan sengaja sampai Russel tidak bisa latihan selama satu
bulan lebih. “Russel, pokoknya besok kita harus menang pada game pertama” ujar
Stephen dengan semangat. “Itu harus, kalau perlu kita menang dan membawa piala dan
mengharumkan nama sekolah kita” balas Russel dengan semangat juga. Stephen tidak
bisa tidur karena memikirkan pertandingan besok, lebih tepatnya dia memikirkan
sekolah Gianis dan Onil yang menjadi rival team basketnya.
Keesokan harinya kedua team rival
tersebut bertanding melawan team lain, karena hasil drawing belum menemukan
kedua team tersebut, Oklahoma Warriors mengawali game pertama dengan baik,
Russel dan kawan-kawan berhasil menang dengan skor 72-43. Tapi Golden Heat
tidak kalah ganasnya, Golden Heat juga menang dengan skor 75-52. Hasil yang
membuat kedua team ingin menunjukkan siapa yang lebih hebat diantara mereka. “
Hahaha.... kalian hanya bisa menang dengan skor sedikit saja” celetuk Gianis
yang bermaksud mengejek team Oklahoma Warriors saat lewat berpapasan dengan
team tersebut. “Maksud mu apa ha? Kamu mau nyari masala? Ayo sini selesaikan
masalahmu denganku” Respon Stephen dengan nada keras yang langsung berdiri dan
menatap tajam Gianis seakan menantangnya, mereka sangat bermusuhan sekali
seperti tidak ada yang mau mengalah. Lalu Russel memisahkan mereka berdua dengan
bermaksud agar tidak ada keributan.
“Sudah
tidak usah tanggapi dia Steph, tidak ada gunanya” sambil menarik Stephen untuk
menjauhi Gianis.
“haha...
kenapa kau Russel? Kau takut? Selama ini ku kira kau kua, tapi? Kau sama saja
denganmu. PECUNDANG” ejek Gianis dengan maksud memanas-manasi Russel. Dengan
menahan emosi, Russel tidak menanggapi Gianis dan mengajak teman-temannya untuk
pergi dari Gianis agar tidak ada yang terpancing emosi.
Game demi game sudah dilewati
kedua team tersebut dengan hasil yang mereka harapkan, yaitu kemenangan. Dan
akhirnya kedua rival tersebut bertemu di final, mereka semakin menambah
tingkatan latihan mereka semakin keras, tetapj itu tidak dilakukan Gianis.
Menurut dia latihan itu tidak perlu terlalu keras, dan dia mengajak Onil untuk
tidak latihan juga, tapi malah mengajaknya ketempat latihan Oklahoma warriors
untuk mengerjai mereka “Nil, bagaimana kalau kita mengganggu mereka latihan?”
hasut Gianis kepada Onil. “Ah gausah lah Gi... kasian mereka lagi latihan” jawab
onil dengan kebingungan. Tapi dengan keputusan yang sudah bulat, Gianis tetap
mengerjai Russel dan kawan-kawan. Dia bermaksud ingin menaruh paku di sepatu
Stephen, pada saat Stephen sedang kekamar mandi untuk buang air besar dan secara
otomatis dia mencopot sepatunya, setelah itu Gianis tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu, ia langsung menaruh paku seukuran setengah jari kelingkingnya
dia dalam sepatu Stephen. Setelah selesai buang air besar, Stephen memakai
sepatunya lalu ia berteriak “Aww...” teriak Stephen kesakitan. Secara spontan
Russel dan kawan-kawan datang menghampiri Stephen dan bertanya
“kenapa
kau steph?”
“kaki
tertusuk paku dan berdarah sangat banyak” jawab Stephen dengan kesakitan.
“Bagaimana bisa ada paku disepatu mu?” tanya
Russel kebingungan
“aku
juga tidak tau, tiba-tiba saat aku memakai sepatu aku merasa kesakitan dan
berdarah”
“yaudah,
ayo kita obati kaki mu” ajak Russel menuju ruang medis.
Tiba saatnya yang dinantikan bagi
kedua team Oklahoma Warriors dan Golden Heat bertemu di babak Final. Gianis dan
Onil melihat Stephen jalan terpincang-pincang “Hahaha... liat nil apa yang aku
lakukan!” sambil menunjuk kearah Stephen “Seharusnya kau jangan seperti itu gi,
dia jadi susah untuk bermain” jawab Onil. “Ah sudahlah, biar kita bisa menang
dengan mudah setelah mencederai pemain kunci team mereka” sahut Gianis dengan
menyepelekan.
Di lain hal, pelatih dan Russel
dari team Oklahoma Warriors kebingungan untuk memainkan Stephen atau tidak.
“Steph,
apa kau yakin bisa bermain?” tanya pelatih
“Aku
sangat yakin coach, luka seperti ini sudah biasa” jawab stephen dengan
membohongi dirinya sendiri
“kalau
kau tidak kuat, tidak usah dipaksain Steph” tanggap Russel
“tenang
saja capt, aku bisa bermain seperi biasa kok seloww”
Lalu
game pun dimulai, kedua team bermain dengan sangat hebat skor demi skor saling
mengejar. Tapi Stephen tidak dapat bermain dengan maksimal karena kakinya yang
terluka tersebut, lalu sahut Gianis “kenapa kau Steph? Berlari seperti kakek-kakek
saja kau ini” ejek Gianis “apa paku yang kutaruh disepatu sudah membolongi
kakimu? “ tanya Gianis dengan maksud mengganggu fokus Stephen.
“Jadi
kau yang menaruh paku disepatuku?” Stephen menghampiri Gianis dan mendorongnya
pada saat bertanding. Lalu pertandingan berhenti karena keributan itu, wasit
memutuskan untuk tidak membolehkan kedua pemain tersebut bermain sampai akhir
quarter. Pertandingan dilanjutkan tanpa kedua pemain tersebut, Russel merasa
tidak boleh ia menyia-nyiakan impian teamnya.
Lalu quarter terakhir pun
berakhir,hasil yang selama ini kedua team tunggu- tunggu sudah mendapatkan
hasilnya, Oklahoma Warriors berhasil menang dengan skor 98-95 atas Golden Heat.
Stephen yang diduduk di bench bangkit untuk merayakan kemenangan teamnya. Di
team Golden heat, Gianis menangis dan mengakui kekalahannya, lalu ia meminta
maaf atas perbuatan yang dilakukan kepada Stephen
“Selamat
atas kemenanganmu Russel, dan kau juga Stephen. Aku minta maaf atas tindakan ku
yang kelewat batas terhadap mu Steph, aku sadar bahwa perbuatan ku itu
keterlaluan” ujar Gianis sambil menyesal dan menahan malu.
“udah
tenang saja Gi... kau ku maafin, lain kali jangan seperti ini ya” jawab Stephen
yang rasa kesalnya telah terobati dengan kemenangan yang teamnya raih
Akhirnya
kedua team tersebut tidak menjadi rival permusuhan antar team, melainkan rival
persahabatan untuk menjadi team yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar