Selasa, 01 November 2016

Karya Amiel N.

USAHA TIDAK MEMBOHONGI HASIL

           Mentari sudah hampir sepenuhnya tenggelam. Namun Russel, Stephen dan kawan-kawannya belum selesai latihan basket, mereka masih berada di lapangan basket. Dengan wajah begitu cerah, sorot mata yang penuh semangat dan peluh yang kian deras mengalir mereka terus saja memainkan bola menuju ring lawan.

           Suasana latihan sore itu begitu berbeda, karena esok mereka akan menghadapi hari besar dimana mereka akan mengikuti kejuaran basket antar sekolah. “Pritttt.....prittt....pritt...” peluit dari pelatih berbunyi panjang yang menandakan sesi latihan selesai. Russel dan Stephen mewakili sekolah mereka yang memiliki team basket bernama Oklahoma Warriors.

             Dari sekolah lain, Gianis dan Onil mewakili sekolahnya yang mempunyai team basket bernama Golden Heat, team sekolah ini sangat berselisih tegang dengan Oklahoma Warriors yang tidak lain team basket Russel dan Stephen. Mereka mulai berselisih semenjak Gianis mencederai Russeel dengan sengaja sampai Russel tidak bisa latihan selama satu bulan lebih. “Russel, pokoknya besok kita harus menang pada game pertama” ujar Stephen dengan semangat. “Itu harus, kalau perlu kita menang dan membawa piala dan mengharumkan nama sekolah kita” balas Russel dengan semangat juga. Stephen tidak bisa tidur karena memikirkan pertandingan besok, lebih tepatnya dia memikirkan sekolah Gianis dan Onil yang menjadi rival team basketnya.

              Keesokan harinya kedua team rival tersebut bertanding melawan team lain, karena hasil drawing belum menemukan kedua team tersebut, Oklahoma Warriors mengawali game pertama dengan baik, Russel dan kawan-kawan berhasil menang dengan skor 72-43. Tapi Golden Heat tidak kalah ganasnya, Golden Heat juga menang dengan skor 75-52. Hasil yang membuat kedua team ingin menunjukkan siapa yang lebih hebat diantara mereka. “ Hahaha.... kalian hanya bisa menang dengan skor sedikit saja” celetuk Gianis yang bermaksud mengejek team Oklahoma Warriors saat lewat berpapasan dengan team tersebut. “Maksud mu apa ha? Kamu mau nyari masala? Ayo sini selesaikan masalahmu denganku” Respon Stephen dengan nada keras yang langsung berdiri dan menatap tajam Gianis seakan menantangnya, mereka sangat bermusuhan sekali seperti tidak ada yang mau mengalah. Lalu Russel memisahkan mereka berdua dengan bermaksud agar tidak ada keributan.

“Sudah tidak usah tanggapi dia Steph, tidak ada gunanya” sambil menarik Stephen untuk menjauhi Gianis.

“haha... kenapa kau Russel? Kau takut? Selama ini ku kira kau kua, tapi? Kau sama saja denganmu. PECUNDANG” ejek Gianis dengan maksud memanas-manasi Russel. Dengan menahan emosi, Russel tidak menanggapi Gianis dan mengajak teman-temannya untuk pergi dari Gianis agar tidak ada yang terpancing emosi.

               Game demi game sudah dilewati kedua team tersebut dengan hasil yang mereka harapkan, yaitu kemenangan. Dan akhirnya kedua rival tersebut bertemu di final, mereka semakin menambah tingkatan latihan mereka semakin keras, tetapj itu tidak dilakukan Gianis. Menurut dia latihan itu tidak perlu terlalu keras, dan dia mengajak Onil untuk tidak latihan juga, tapi malah mengajaknya ketempat latihan Oklahoma warriors untuk mengerjai mereka “Nil, bagaimana kalau kita mengganggu mereka latihan?” hasut Gianis kepada Onil. “Ah gausah lah Gi... kasian mereka lagi latihan” jawab onil dengan kebingungan. Tapi dengan keputusan yang sudah bulat, Gianis tetap mengerjai Russel dan kawan-kawan. Dia bermaksud ingin menaruh paku di sepatu Stephen, pada saat Stephen sedang kekamar mandi untuk buang air besar dan secara otomatis dia mencopot sepatunya, setelah itu Gianis tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia langsung menaruh paku seukuran setengah jari kelingkingnya dia dalam sepatu Stephen. Setelah selesai buang air besar, Stephen memakai sepatunya lalu ia berteriak “Aww...” teriak Stephen kesakitan. Secara spontan Russel dan kawan-kawan datang menghampiri Stephen dan bertanya

“kenapa kau steph?”

“kaki tertusuk paku dan berdarah sangat banyak” jawab Stephen dengan kesakitan.

“Bagaimana bisa ada paku disepatu mu?” tanya Russel kebingungan

“aku juga tidak tau, tiba-tiba saat aku memakai sepatu aku merasa kesakitan dan berdarah”

“yaudah, ayo kita obati kaki mu” ajak Russel menuju ruang medis.

             Tiba saatnya yang dinantikan bagi kedua team Oklahoma Warriors dan Golden Heat bertemu di babak Final. Gianis dan Onil melihat Stephen jalan terpincang-pincang “Hahaha... liat nil apa yang aku lakukan!” sambil menunjuk kearah Stephen “Seharusnya kau jangan seperti itu gi, dia jadi susah untuk bermain” jawab Onil. “Ah sudahlah, biar kita bisa menang dengan mudah setelah mencederai pemain kunci team mereka” sahut Gianis dengan menyepelekan.

             Di lain hal, pelatih dan Russel dari team Oklahoma Warriors kebingungan untuk memainkan Stephen atau tidak.

“Steph, apa kau yakin bisa bermain?” tanya pelatih

“Aku sangat yakin coach, luka seperti ini sudah biasa” jawab stephen dengan membohongi dirinya sendiri

“kalau kau tidak kuat, tidak usah dipaksain Steph” tanggap Russel

“tenang saja capt, aku bisa bermain seperi biasa kok seloww”

         Lalu game pun dimulai, kedua team bermain dengan sangat hebat skor demi skor saling mengejar. Tapi Stephen tidak dapat bermain dengan maksimal karena kakinya yang terluka tersebut, lalu sahut Gianis “kenapa kau Steph? Berlari seperti kakek-kakek saja kau ini” ejek Gianis “apa paku yang kutaruh disepatu sudah membolongi kakimu? “ tanya Gianis dengan maksud mengganggu fokus Stephen.

“Jadi kau yang menaruh paku disepatuku?” Stephen menghampiri Gianis dan mendorongnya pada saat bertanding. Lalu pertandingan berhenti karena keributan itu, wasit memutuskan untuk tidak membolehkan kedua pemain tersebut bermain sampai akhir quarter. Pertandingan dilanjutkan tanpa kedua pemain tersebut, Russel merasa tidak boleh ia menyia-nyiakan impian teamnya.

            Lalu quarter terakhir pun berakhir,hasil yang selama ini kedua team tunggu- tunggu sudah mendapatkan hasilnya, Oklahoma Warriors berhasil menang dengan skor 98-95 atas Golden Heat. Stephen yang diduduk di bench bangkit untuk merayakan kemenangan teamnya. Di team Golden heat, Gianis menangis dan mengakui kekalahannya, lalu ia meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan kepada Stephen

“Selamat atas kemenanganmu Russel, dan kau juga Stephen. Aku minta maaf atas tindakan ku yang kelewat batas terhadap mu Steph, aku sadar bahwa perbuatan ku itu keterlaluan” ujar Gianis sambil menyesal dan menahan malu.

“udah tenang saja Gi... kau ku maafin, lain kali jangan seperti ini ya” jawab Stephen yang rasa kesalnya telah terobati dengan kemenangan yang teamnya raih

Akhirnya kedua team tersebut tidak menjadi rival permusuhan antar team, melainkan rival persahabatan untuk menjadi team yang lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar