Selasa, 01 November 2016

Karya Indah P

 Tinggal Kenangan

Suara gemercik hujan menjadi satu satunya sumber suara yang menemani seorang remaja yang sedang termenung di jendela. Awan gelap dan semerbak aroma petrikor yang masuk lewat jendela, bisa menenangkan Kejora dari kenyataan yang sedang dihadapinya. Masih terekam jelas dibenaknya kenangan masa kecil dirinya dengan sahabat sekaligus cinta pertamanya Fabian.

Di sebuah taman deket perumahan,terdapat dua anak laki-laki dan perempuan yang bernama Fabian dan Kejora sedang bermain dengan cerianya seperti tidak ada masalah di dalam kehidupan mereka. Lelaki itu mengayun-ayunkan ban yang digantung di pohon yang sedang di duduki oleh gadis kecil. Setelah lelah bermain, mereka berbaring di atas rerumputan yang bersih dan terawat ditemani oleh angin yang sejuk.

“Kamu kalau sudah besar ingin menjadi apa Bian?” kata Kejora melirik Fabian

“Masih kecil juga “jawab Fabian singkat

“Mm.. kalau aku ingin jadi dokter” gadis kecil itu mengerutkan keningnya sejenak

“Kalau aku ingin jadi polisi”

“Kita akan selalu bersama kan Bian?”

“Iya, kita kan sahabat”

Mereka bercanda-canda sampai waktu petang dan pulang kerumah masing masing.

Tanpa sadar Kejora menyeka air mata yang jatuh membasahi pipinya yang putih bersih. Bayang bayang kenangan mereka terus menari nari di dalam pikiran kejora.

Saat orang tua yang mengajarkan anaknya belajar sepeda tetapi Fabian lah yang mengajarkan Kejora bermain sepeda. Pada saat seorang perempuan bernama lala yang menyukai Fabian, ia cemburu dan saat itu ia tahu bahwa ia menyukai sahabatnya, Fabian.

Saat masuk jenjang SMP Fabian dan kejora sekolah ditempat yang sama.

“Jora kita gak masuk aja hari ini, banyak pr yang belum dikerjain soalnya “ ajak Fabian

“Nggak mau, nanti ketahuan mama” protes kejora, “tapi..”

“ Udah nggak bakal ketahuan “
Akhirnya mereka pergi ke taman yang sering mereka kunjungi saat kecil, dan tiba tiba disana mereka ketahuan oleh abang kejora, yaitu bang iwan.

“Bagus ya, jadi bolos sekolah “ Suara bang iwan tenang tapi menyiratkan sesuatu, dan rasanya kejora ingin nangis saja karena baru pertama bolos langsung ketahuan.  

Suara petir yang bersahutan dan hujan yang mengguyur seakan mengerti suasana hati kejora. Ia menatap keluar jendela dan saat itu ia melihat anak anak bermain dibawah guyuran hujan.

Kenangan itu….,batin kejora perih

Aku kangen bermain, bersepeda bareng, dan berenang bersama Fabian, makan bareng…,gumam Kejora lirih.

“ Aku mau pindah bian, apa kita akan bersama?”

“kita selalu bersama kejora, lagi pula kita masih bisa berkomunikasi”

“Setidaknya sampai kematian memisahkan kita bukan?”

“ Benar sekali”

2 tahun kemudian

Saat sedang menonton tv di rumah dan menghabiskan malam minggu bersama keluarga, telepon bunda berdering

“Halo” sapa bunda

“ Ma, anak eva mengalami kecelakaan tadi sore dan sekarang Fabian sudah tiada”

“Apaa? Yang benar kamu,jangan bercanda” teriak bunda

"Aku bingung kenapa bunda sampai shock seperti itu, memang ada kabar apaan.. batin kejora

“ Benar Irma, besok pagi di makamnya”

“inalillahi , baik besok aku kesana”

“ Ya sudah aku hanya menyampaikan itu, wassalamu’alaykum”

“Wa’alaikumussalam”

“Ada apa bun?” tanyaku heran

“ Kamu jangan sedih ya nak, Fabian sudah tiada” lirih bunda

“Apaa? Ngak mungkin.. kalian pasti bohong kan?”tanyaku segera bangkit dari dudukku.

Tidak mungkin.

Tidak mungkin.

Tidak mungkin.

Tubuhku serasa membeku, segera aku mengenyahkan pikiranku, tanpa terasa air mata telah membajiri pipiku.

aku kangen kamu deh kejora, takut gak bisa ketemu lagi ….

“hiks hiks hiks bian” isak kejora

Kamu benar Fabian, batin kejora

Dia sangat sedih karena saat ia mendengar kabar bahwa sabatnya telah pergi ia tidak percaya dan menyakini bahwa itu sahabatnya. Ia menyesal karena saat terakhir bian, ia tidak bisa datang karena saat itu sedang ujian sekolah. 

Sungguh jika waktu bisa diputar ia akan mengulang kenangan indah di masa kecil.

“ Kejora”

Suara bunda menyadarkan kejora dari lamunanya. kejora menyeka air mata. Mencoba tersenyum pada bundanya.

“Iya bun”

“Kita makan malam dulu”

“Baik bunda, nanti kejora kebawah”

Kejora bangkit berdiri menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya, dia percaya takdir, walaupun mulai sekarang ia tak akan pernah lagi bertemu dengan sahabat sekaligus cinta pertamanya. dia tidak akan melupakan kenangan mereka. Fabian semoga kamu tenang disana…

       4 tahun kemudian
                    
Kring… Kring…

             Suara lonceng pintu kafe yang bertema kan rainbow itu berbunyi, menandakan ada seorang yang masuk. Disana gadis remaja berumur 21 tahun bernama kejora masuk dengan anggunya.

                   “ Hai kejora “ sapa bartender disana, yang sering disapa joe

                   “ Hai Joe, alu pesan vanilla latte satu “ sapa jora riang

                  “ Siappp”

                Kejora berjalan menuju meja di pojok jendela yang langsung menghadap ke jendela.

                Disana ia bisa melihat air mancur yang memang ada di café itu. Setiap pulang kuliah ia selalu menyempatkan waktunya untuk bersantai santai di café ini. Suasana yang nyaman dan ceria bisa membuat modnya naik sambil ditemani secangkir vanilla latte.

               Ia mengeluarkan laptop dari tasnya dan mengetik sesuatu disana, yap hobinya sekarang adalah menulis. Sedang seriusnya dia mengetik, suara mengintrupsi kegiatanya.

                    “ Ini nona vanilla latte untuk nona yang manis hari ini “ ucap joe sambil menyeringai geli

                   “ Joe tidak ada habis habisnya gombalan mu “ kejora menerima gelas tersebut sambil geleng geleng kepala

                 “ Thanks ya “ lanjutnya

                  “sama sama jora“ meninggalkan meja kejora

            Menyesap sedikit minumannya ia melanjutkan menulis.

                   “Permisi nona, boleh saya duduk disini“ suara berat dan wangi maskulin membuat kejora mendongak ke arah suara tersebut.

            Ia membeku, apakah ini mimpi? Fabianya ada disini, dihadapanya?

                   “Nona hei nona “ suara itu membuyarkan lamuanan kejora

            Ia melihat sekekeliling café, dan ternyata memang café sedang penuh tidak ada bangku kosong selain didepanya itu.

                  “ iyaa silahkan “ senyum ramah diberikan kejora

                  “ Thanks, kenalin nama saya Damian “ sambil mengulurkan tanganya

                  “  kejora “ sambil menjabat tangan Damian

            Jantungku… dia berdetak sangat cepat. Ada rasa yang menyembul pelan pelan. Aku mengamati seseorang didepanku.

            Wajahnya hampir mirip yang membedakan hanya warna matanya. Mereka mengobrol dengan asik sampai lupa waktu, kalau hari sudah malam.

            “Sampai ketemu lagi jora” sambil melambaikan tangan

            Sepanjang perjalanan kejora tidak berhenti hentinya tersenyum, apakah ini takdir? Batinya

            Ia pernah merasakan hari terburuk dalam hidupnya, hari dimana ia memulai berpura pura baik saja. Ia masih belum bisa percaya semua ini nyata, walaupun dia tahu kalau Damian itu bukan Fabian. Mereka beda orang.

            Tapi ia yakin ini awal hidupnya, tidak melupakan masa lalu tapi hidup perlu berjalan ke depan bukan? Masa lalu bisa dijadikan kenangan.

            Terima kasih Fabian, telah mengisi hari hariku dan membuat kenangan yang terindah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar