Tinggal
Kenangan
Suara
gemercik hujan menjadi satu satunya sumber suara yang menemani seorang remaja
yang sedang termenung di jendela. Awan gelap dan semerbak aroma petrikor yang
masuk lewat jendela, bisa menenangkan Kejora dari kenyataan yang sedang
dihadapinya. Masih terekam jelas dibenaknya kenangan masa kecil dirinya dengan
sahabat sekaligus cinta pertamanya Fabian.
Di sebuah taman deket
perumahan,terdapat dua anak laki-laki dan perempuan yang bernama Fabian dan Kejora
sedang bermain dengan cerianya seperti tidak ada masalah di dalam kehidupan
mereka. Lelaki itu mengayun-ayunkan ban yang digantung di pohon yang sedang di
duduki oleh gadis kecil. Setelah lelah bermain, mereka berbaring di atas
rerumputan yang bersih dan terawat ditemani oleh angin yang sejuk.
“Kamu kalau sudah besar
ingin menjadi apa Bian?” kata Kejora melirik Fabian
“Masih kecil juga “jawab
Fabian singkat
“Mm.. kalau aku ingin jadi
dokter” gadis kecil itu mengerutkan keningnya sejenak
“Kalau aku ingin jadi
polisi”
“Kita akan selalu bersama kan
Bian?”
“Iya, kita kan sahabat”
Mereka bercanda-canda sampai
waktu petang dan pulang kerumah masing masing.
Tanpa
sadar Kejora menyeka air mata yang jatuh membasahi pipinya yang putih bersih. Bayang
bayang kenangan mereka terus menari nari di dalam pikiran kejora.
Saat orang tua yang
mengajarkan anaknya belajar sepeda tetapi Fabian lah yang mengajarkan Kejora
bermain sepeda. Pada saat seorang perempuan bernama lala yang menyukai Fabian,
ia cemburu dan saat itu ia tahu bahwa ia menyukai sahabatnya, Fabian.
Saat masuk
jenjang SMP Fabian dan kejora sekolah ditempat yang sama.
“Jora kita gak
masuk aja hari ini, banyak pr yang belum dikerjain soalnya “ ajak Fabian
“Nggak mau, nanti
ketahuan mama” protes kejora, “tapi..”
“ Udah nggak
bakal ketahuan “
Akhirnya mereka
pergi ke taman yang sering mereka kunjungi saat kecil, dan tiba tiba disana
mereka ketahuan oleh abang kejora, yaitu bang iwan.
“Bagus ya, jadi
bolos sekolah “ Suara bang iwan tenang tapi menyiratkan sesuatu, dan rasanya
kejora ingin nangis saja karena baru pertama bolos langsung ketahuan.
Suara petir yang bersahutan dan hujan yang mengguyur seakan mengerti
suasana hati kejora. Ia menatap keluar jendela dan saat itu ia melihat anak
anak bermain dibawah guyuran hujan.
Kenangan itu….,batin kejora
perih
Aku kangen bermain, bersepeda bareng, dan berenang bersama Fabian,
makan bareng…,gumam Kejora lirih.
“ Aku mau pindah
bian, apa kita akan bersama?”
“kita selalu
bersama kejora, lagi pula kita masih bisa berkomunikasi”
“Setidaknya
sampai kematian memisahkan kita bukan?”
“ Benar sekali”
2 tahun kemudian
Saat sedang menonton
tv di rumah dan menghabiskan malam minggu bersama keluarga, telepon bunda berdering
“Halo” sapa bunda
“ Ma, anak eva mengalami
kecelakaan tadi sore dan sekarang Fabian sudah tiada”
“Apaa? Yang benar
kamu,jangan bercanda” teriak bunda
"Aku bingung
kenapa bunda sampai shock seperti itu, memang ada kabar apaan.. batin kejora
“ Benar Irma,
besok pagi di makamnya”
“inalillahi ,
baik besok aku kesana”
“ Ya sudah aku
hanya menyampaikan itu, wassalamu’alaykum”
“Wa’alaikumussalam”
“Ada apa bun?”
tanyaku heran
“ Kamu jangan
sedih ya nak, Fabian sudah tiada” lirih bunda
“Apaa? Ngak
mungkin.. kalian pasti bohong kan?”tanyaku segera bangkit dari dudukku.
Tidak mungkin.
Tidak mungkin.
Tidak mungkin.
Tubuhku serasa
membeku, segera aku mengenyahkan pikiranku, tanpa terasa air mata telah
membajiri pipiku.
aku kangen kamu
deh kejora, takut gak bisa ketemu lagi ….
“hiks hiks hiks
bian” isak kejora
Kamu benar Fabian, batin kejora
Dia sangat sedih karena saat ia mendengar kabar bahwa sabatnya telah
pergi ia tidak percaya dan menyakini bahwa itu sahabatnya. Ia menyesal karena
saat terakhir bian, ia tidak bisa datang karena saat itu sedang ujian
sekolah.
Sungguh jika waktu bisa diputar ia akan mengulang kenangan indah di
masa kecil.
“ Kejora”
Suara bunda menyadarkan kejora dari lamunanya. kejora menyeka air mata.
Mencoba tersenyum pada bundanya.
“Iya bun”
“Kita makan malam dulu”
“Baik bunda, nanti kejora kebawah”
Kejora bangkit berdiri menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya, dia
percaya takdir, walaupun mulai sekarang ia tak akan pernah lagi bertemu dengan
sahabat sekaligus cinta pertamanya. dia tidak akan melupakan kenangan mereka. Fabian semoga kamu tenang disana…
4 tahun kemudian
Kring… Kring…
Suara lonceng pintu kafe yang bertema
kan rainbow itu berbunyi, menandakan ada seorang yang masuk. Disana gadis
remaja berumur 21 tahun bernama kejora masuk dengan anggunya.
“ Hai kejora “ sapa bartender disana,
yang sering disapa joe
“ Hai Joe, alu pesan vanilla latte satu
“ sapa jora riang
“ Siappp”
Kejora berjalan menuju meja di
pojok jendela yang langsung menghadap ke jendela.
Disana ia bisa melihat air
mancur yang memang ada di café itu. Setiap pulang kuliah ia selalu menyempatkan
waktunya untuk bersantai santai di café ini. Suasana yang nyaman dan ceria bisa
membuat modnya naik sambil ditemani secangkir vanilla latte.
Ia mengeluarkan laptop dari tasnya dan mengetik sesuatu disana, yap
hobinya sekarang adalah menulis. Sedang seriusnya dia mengetik, suara
mengintrupsi kegiatanya.
“ Ini nona vanilla latte
untuk nona yang manis hari ini “ ucap joe sambil menyeringai geli
“ Joe tidak ada habis habisnya gombalan
mu “ kejora menerima gelas tersebut sambil geleng geleng kepala
“ Thanks ya “ lanjutnya
“sama sama jora“ meninggalkan meja kejora
Menyesap sedikit minumannya ia
melanjutkan menulis.
“Permisi nona, boleh saya duduk disini“
suara berat dan wangi maskulin membuat kejora mendongak ke arah suara tersebut.
Ia membeku, apakah ini mimpi?
Fabianya ada disini, dihadapanya?
“Nona hei nona “ suara itu membuyarkan
lamuanan kejora
Ia melihat sekekeliling café, dan
ternyata memang café sedang penuh tidak ada bangku kosong selain didepanya itu.
“ iyaa silahkan “ senyum ramah diberikan kejora
“ Thanks, kenalin nama saya Damian “
sambil mengulurkan tanganya
“ kejora “ sambil menjabat tangan
Damian
Jantungku… dia berdetak sangat
cepat. Ada rasa yang menyembul pelan pelan. Aku mengamati seseorang didepanku.
Wajahnya hampir mirip yang
membedakan hanya warna matanya. Mereka mengobrol dengan asik sampai lupa waktu,
kalau hari sudah malam.
“Sampai ketemu lagi jora” sambil
melambaikan tangan
Sepanjang perjalanan kejora tidak
berhenti hentinya tersenyum, apakah ini takdir? Batinya
Ia pernah merasakan hari terburuk
dalam hidupnya, hari dimana ia memulai berpura pura baik saja. Ia masih belum
bisa percaya semua ini nyata, walaupun dia tahu kalau Damian itu bukan Fabian.
Mereka beda orang.
Tapi ia yakin ini awal hidupnya,
tidak melupakan masa lalu tapi hidup perlu berjalan ke depan bukan? Masa lalu
bisa dijadikan kenangan.
Terima kasih Fabian, telah mengisi
hari hariku dan membuat kenangan yang terindah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar