JARAK BUKAN
PENGHALANG
Aku Dessy seorang siswa yang barusaja
mendapati julukan mahasiswa. Aku tidak percaya dengan yang namanya hubungan
jarak jauh, aku selalu beranggapan bahwa hubungan jarak jauh pada akhirnya akan
hancur dan hanya meninggalkan kenangan saja. Ardi, dia sama sepertiku, maksudku
MaBa. Dia sangat peduli denganku, dia mengerti apa yang kusuka dan tidak
kusuka, dia sangan pengertian
terhadapku. Sudah 2 tahun aku bersamanya dan sesuatu membuatku sedih
dengan hubunganku.
Pengumuman
masuknya Universitas sudah lewat dari 2 minggu dan alhamdulillah aku masuk ke
Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran. Dan di saat liburan, aku diajak oleh
Ardi untuk menemaninya belanja untuk kebutuhan ospeknya. Pada saat itu, aku
tidak mengetahui dia diterima di Universitas mana, katanya akan diberitah
nanti, jadi aku harus bersabar dengan itu. Sekitar jam 10 pagi Ardi telah
menjemputku dan kami langsung pergi ke suatu toko yang menyediakan alat-alat
yang dia butuhkan. Setelah memakan waktu selama 1 jam perjalanan, akhirnya kami
sampai di tempat tujuan kami.
Di toko
tersebut dia mencari barang yang dibutuhkan, tatapi hanya beberapa yang
didapatkan, lalu saat jam makan siang dia mengajakku untuk makan siang terlebih
dahulu. Tetapi aku tidak menyetujuinya, karena barang yang dia butuhkan saja
belum terpenuhi semua. Awalnya dia tidak ingin karena dia takut sakit magh ku
kambuh karena telat makan. Tapi, bagaimana bisa aku bersantai-santai sementara
waktu ospek tinggal beberapa hari lagi dan dia belum menyiapkan apapun. Setelah
aku memutuskan untuk tidak makan siang terlebih dahulu, akhirnya di
menyetujuinya dan melanjutkan pencarian barang yang ia butuhkan ke toko yang
lain.
Sudah
beberapa toko kami kunjungi, akhirnya pada toko terakhir, barang yang
dibutuhkan Ardi sudah lengkap semuanya dan dia memutuskan untuk makan siang
karena jam makan siang ku sudah lewat 2 jam karenanya. Ardi memilih untuk makan
di Restoran padang, karena itu kesukaanku.
Pada hari
itu kami memanfaatkan waktu dengan baik, mulai dari membeli makanan yang kami
suka, bermain di Timezone dan juga
setiap momen kami abadikan dengan baik. Tapi, dihari itu, aku merasa ada yang
berbeda pada diri Ardi, dia terlihat lebih tenang, tidak banyak bertingkah dan
lebih sering diam. Aku mengajaknya untuk duduk di foodcourt untuk beristirahat sejenak karna lumayan banyak permainan
yang kami maikan tadi dan itu cukup menguras tenaga kami.
Disaat itu
aku mulai bertanya, “Ada apa denganmu, Di? Apakah ada masalah yang sedang kau
fikirkan?” lalu dia menjawab, “Tidak ada apa-apa. Kau ingin Ice Cream?” aku
tidak yakin dengan jawabannya, tetapi aku memilih untuk diam, tersenyum dan
menganggukkan kepalaku untuk tanda bahwa aku menginginkan ice cream yang ia
tawarkan. Selang beberapa saat, dia datang dengan ice cream di kedua tangannya.
Saat kami sibuk menikmati ice cream yang kami pegang, aku berkata “Kalo ada
sesuatu yang menjanggal dihati kamu, cerita sama aku, aku siap mendengarnya.”
Dia hanya membalas omonganku dengan senyuman manisnya itu. Lalu kita
melanjutkan menikmati ice cream sambil berjalan menuju parkiran dan berniat
untuk pulang. Aku teringat dengan persoalan Universitas yang ia masuki, dan
bertanya “ngomong-ngomong kamu masuk Universitas mana?” seketika itu dia diam
dan beberapa saat kemudian dia mulai menjelaskan.
“Sebenarnya aku masuk ke salah satu Universitas di
kalimantan, aku mengambil fakultas teknik kimia. Maaf sebelumnya aku tidak
memberitahu hal ini dari awal, aku tau jika aku memberitahumu kamu pasti akan
terus memikirkannya dan itu tidak baik untuk kesehatanmu, Des.” Aku
mendengarkannya menjelaskan hal itu. Aku diam, bingung, sedih tetapi aku
bahagia karena dia masuk ke salah satu Universitas incerannya. Tetapi bagaimana
denganku?
“La..lalu bagaimana dengan hubungan kita, Ardi?” nada suaraku
sudah mulai bergetar, lalu kulanjutkan “Aku tidak bisa seperti ini, kau terlalu
mendadak memberitahu ku tentang ini. Aku belum bisa menerimanya. Kamu tahu kalo
aku tidak percaya dengan hubungan jarak jauh, tetapi kali ini kita akan seperti
itu?”kali ini aku sudah mulai menangis. Ya, aku menangisi keadaanku.
Lalu Ardi meminggirkan mobilnya untuk menenangi ku yang sudah
bercucuran air mata.
“Tolong jangan menangis, aku tau akan hal ini. Tetapi aku
tidak bisa menolak pilihan Ayahku, Des. Dia menginginkan aku untuk kuliah
disana dan mungkin keluarga ku juga ikut tinggal disana selama aku menjalani
pendidikan ku.” Kata Ardi menjelaskanku.
Aku masih menagis tersedu-sedu dan Ardi mulai meyakinkanku
dengan hubungan jarak jauh.
“Aku sudah bertemu dengan orang tuamu, dan aku sudah
bercerita semuanya tentang ini. Aku menyayangimu, Des. Dan akan selalu seperti
itu. Yakinlah, jarak ini tidak akan menjadi suatu masalah besar jika kita
saling percaya satu sama lain.” Katanya meyakinkanku.
“Bagaimana bisa aku mempercayaimu?” kataku.
“Kau sudah mengenal orang tuaku, dan kau sudah mengenalku
belasan tahun. Aku berjanji setiap ada libur aku akan mengunjungimu sesempat
yang aku bisa.” Kata Ardi
“Berjanjilah untuk tidak bermacam-macam saat jauh dariku.”
Aku mengulurkan jari kelingkingku kepadanya sebagai tanda perjanjian kita.
“Ya. Aku janji.” Ardi membalasku
Setelah itu
ia mengusap kepalaku dan tersenyum kepadaku. Aku membalasnya dan aku memintanya
untuk kembali berjalan karna sudah malam.
Hari
keberangkatan Ardi pun tiba. Aku dan keluargaku ikut mengantarnya berangkat ke
Kalimantan. Aku membawa bingkai yang tidak terlalu besar, disana terdapat foto
kita berdua selama kita masih berada pada jarak yang dekat. Bingkai itu sebagai
kenang-kenangan dariku untuknya.
Setelah
sampai di bandara, ternyata keluarga Ardi sudah sampai disana dan sedang
menunggu kami datang. Saat bertemu orang tuanya aku memberi salam dengan sopan
kepada mereka, dan tak lama aku memberikan bingkai yang aku bawa kepadanya. Aku
bilang kepadanya untuk menyimpannya dengan baik dan yang paling penting aku
mengingatkannya untuk selalu mengabariku. Diapun menganggukkan perkataanku dan
dia berterima kasih kepadaku karna aku sudah mempercayainya. Beberapa saat
kemudian dia dan keluarganya pamitan denganku dan keluargaku, lalu berangkat
dengan wajah yang senang. Sempat aku mengeluarkan air mata sedikit karna
keberangkatannya tetapi aku langsung menghapusnya karna aku yakin hubungan kita
akan baik-baik saja karna kita saling percaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar