Selasa, 08 November 2016

Karya Nibrasca

Berubah Karenamu

                 Seharusnya aku tidak menyia-nyiakan hidupku. Seharusnya aku tidak perlu hidup dengan sikap seperti ini. Semua orang bilang bahwa aku hanyalah manusia yang tidak pernah peduli dengan orang lain, yang selalu bersikap dingin dengan orang lain dan tidak pernah mau untuk mencoba lebih dekat dengan orang lain. Ya, aku memang bersikap seperti itu, tetapi mereka semua tidak pernah tahu tentang apa yang membuat aku menjadi seperti ini.

            Namaku Vallen Putri Wijaya, aku adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang duduk dibangku kelas 3 SMA. Aku bersekolah di Angkasa Internasional School, tempat orang-orang yang bisa digolongkan orang kaya bersekolah. Ya, aku memang terlahir dari keluarga yang cukup kaya. Bagi orang yang hanya melihat ku sekilas, pasti mereka berpikir bahwa aku adalah anak yang beruntung dengan tubuh tinggi, kulit putih, memiliki warna mata hazel dan bisa dibilang aku ini murid yang cukup pintar serta kedua orang tuaku yang cukup kaya itu. Tetapi aku tidaklah seperti yang mereka kira, aku hanyalah remaja yang merasa kesepian karena kedua orang tuaku yang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Hari-hariku dirumah terasa sangat sepi, hanya ditemani oleh 4 orang pembantu dan 1 orang supir yang setia melayani ku sejak aku masih kecil.

            Hari itu adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah libur musim panas. Seperti biasa aku bangun pukul 06.00 dan baru selesai bersiap pukul 06.30. Aku keluar dari kamarku yang berada dilantai dua dan langsung turun menuju meja makan. Disana sudah tersaji sarapan pagi kesukaanku yang dibuat oleh seorang koki dirumah ku. Setelah sarapanku usai, aku berangkat sekolah dengan diantar pak Hasan, supir pribadiku. Sesampainya disekolah aku segera menuju madding yang terletak dikoridor utama, disana sudah tertempel seluruh nama siswa beserta kelas barunya. Aku mulai mencari namaku dan setelah ketemu, ternyata aku masuk dikelas 12 IPA B. Aku bergegas menuju kelasku yang ada dilantai 3 dan segera mengambil tempat duduk kedua dari belakang dan dibagian pojok. Ya aku duduk sendiri karena tidak memiliki teman disini karena sikapku yang terlalu dingin dan terkesan sombong. Tidak lama berselang, bel sekolah berbunyi dan dimulailah pelajaran biologi. Ternyata guru biologi ku masuk dengan seorang siswa baru. Aku hanya melihat sekilas dan langsung membuang pandanganku karena aku memang tidak peduli. Aku melamun sampai akhirnya bu Rena menyadarkanku dengan panggilannya “Vallen! Vallen!”. Aku tersadar, “eh iya ada apa bu?”, “bolehkan Varo duduk disampingmu? Karena hanya sampingmu saja yang kosong” jawab bu Rena,  “iya boleh bu” jawabku cuek. Setelah itu bu Rena mempersilahkan Varo untuk duduk. Pelajaran pun dimulai, bu Rena menjelaskan tentang materi genetika, aku hanya mencatat apa yg tertulis dipapan tulis sampai tiba-tiba Varo memanggilku, “Hey?”, aku tersentak dan menjawab, “eh iya kenapa?” jawabku cuek, “hmm, namaku Devaro Putra Atmadireja” ucap Varo sambil menjulurkan sebelah tangannya, “namaku Vallen Putri Wijaya” jawabku seraya menjabat tangannya. Sepertinya aku akan punya teman disini, pikirku. Sejak perkenalan ku dengan Varo, kami menghabiskan 4 jam pelajaran dengan Varo yang sesekali membikin cerita lucu tetapi hanya aku tanggapi denga tawa yang biasa saja.

            Pukul 10.00 bel berbunyi tanda berakhirnya pelajaran dan semua siswa dengan senang segera keluar kelas untuk menuju kantin. “Val kantin yuk” ajak Varo, sebenarnya aku malas kekantin tapi ada baiknya aku mulai tidak terlalu cuek dengan orang lain apalagi di teman pertamaku dan perutku memang sedikit lapar, “hmm, ayo deh” ucapku. Lalu aku keluar kelas bersama Varo menuju kantin yang berada di lantai 2 karena Vallen bilang kantin utama sekolah mereka selalu ramai dan Vallen tidak terlalu suka keramaian. Sesampainya dikantin, “mau pesen apa Val?” Tanya Varo, “hmm, waffle keju aja sama es jeruk” jawab Vallen, “okay” ucap Vano. Selagi menunggu Varo yang sedang memesan makanan, Vallen membuka ponselnya dan mulai bermain games shlitter.yo. Tak lama berselang, Varo datang dengan membawa makanan mereka. Mereka menghabiskan makanan masing-masing dalam diam, tidak ada yang berbicara satu katapun. Beberapa menit kemudian, bel berbunyi menandakan dimulainya pelajaran kedua, Vallen dan Varo sudah berada dikelas sejak beberapa menit yang lalu. Kelas yang tadinya ramai seketika menjadi sepi karena masuk bu Pijar guru kimia yang terkenal galak dan tegas. Pelajaran kimia terasa lama sekali, akhirnya diujung pelajaran bu Pijar memberikan tugas tentang video yang bersangkutan dengan materi radioaktif. Tugas itu dikerjakan dengan kelompok yang satu kelompoknya terdiri dari 2 orang. Vallen satu kelompok dengan teman sebangkunya yang tidak lain adalah Varo.

            Sejak saat itu, Vallen dan Varo semakin dekat karena selalu satu kelompok dan mereka juga sebangku serta jarak rumah mereka yang ternyata tidak terlalu jauh. Semakin hari Vallen sedikit-sedikit berubah menjadi orang yang tidak cuek lagi tetapi masih tetap dingin dengan orang lain, hanya pada Varo, Vallen perlahan tidak sedingin saat awal-awal. Varo yang semakin hari semakin mengerti bahwa Vallen memang mempunyai sifat yang cuek dan dingin terhadap orang lain, Varo juga sudah mengetahui alasan Vallen bersikap seperti itu, ya kedekatan mereka semakin hari semakin dekat dan itu membuat Vallen berani untuk menceritakan tentang dirinya pada Varo dan sebaliknya Varo juga menceritakan juga tentang dirinya pada Vallen. Tetapi ada satu hal yang tidak Varo ceritakan ke Vallen yaitu tentang dirinya yang sudah lama mengidap penyakit Leukimia. Varo berpikir bahwa ia butuh waktu yang pas untuk menceritakan hal ini. Sejak adanya Varo, hidup Vallen yang semula sepi dan tidak berwarna menjadi sangat berwarna sejak kedatangannya. Bahkan Vallen yang sekarang lebih sering tertawa dan tersenyum tetapi hanya didepan Varo lah ia bisa seperti ini. Varo dan Vallen sering menghabiskan waktu bersama dengan sekedar berjalan ditaman ataupun bermain video games dirumah Vallen atau rumah Varo.

            Suatu hari, Varo tidak masuk sekolah. Vallen merasa kesepian karena tidak ada Vano yang selalu menceritakan hal konyol yang mampu membuat Vallen tertawa. Sepulang sekolah, Vallen pergi kerumah Varo untuk mengetahui sebab kenapa ia tidak masuk, tetapi rumah Varo terlihat sepi dan tidak ada seorangpun. Vallen pun pulang dengan perasaan kecewa karena tidak berhasil menemui orang yang dicarinya. Sudah kurang lebih 2 minggu Vano tidak masuk sekolah, dan selama itu juga tidak ada yang mengetahui sebab tidak masuknya Varo, tidak ada yang mengetahui bahwa Varo sekarang berada dirumah sakit sedang melawan penyakit Leukimia yang sudah dideritanya sejak umur 10 tahun itu. Sejak SD, Vano memang jarang masuk karena sering bolak-balik masuk rumah sakit. Hari itu Varo memutuskan untuk pergi kerumah Vallen, ia meminta izin kepada orang tuanya dulu, “mah, pah aku mau kerumah Vallen ya, bolehkan?” tanya Varo, “kamu mau ngapain Var?” jawab mereka, “ aku mau ngasih Vallen kabar bahwa aku baik-baik aja” jawabnya, “tapi kamu kan baru aja sehat sedikit, masa kamu udah mau pergi aja nanti kalo kamu kenapa-napa gimana?” balas orang tua Varo, “plis mah, pah aku cuma pergi sebentar saja, nanti setelah habis ketemu Vallen, aku langsung balik lagi kesini kok” jawab Varo memohon. Karena tidak tega, akhirnya kedua orang tua Varo mengizinkannya pergi kerumah Vallen. Varo pikir bahwa ini saat yang tepat buat ia memberitahukan tentang penyakitnya. Beberapa menit kemudian Varo sampai dirumah Vallen, “Vallen! Vallen!” panggilnya, “iya tunggu sebentar” jawab salah seorang pembantu Vallen, “eh ada mas Varo” ucapnya, Varo tersenyum, “Vallen nya ada bi?” tanya Varo, “oh ada sebentar bibi panggilkan dulu” jawab pembantu Vallen seraya mempersilahkan Varo untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu tersebut. Lalu munculah seorang perempuan yang sudah beberapa hari belakangan ini mengisi hari-harinya. “Varo?” ucap Vallen tak percaya, “hai” jawab Varo dengan senyum tiga jarinya, “dari kemaren kamu kemana aja?” tanya Vallen, “Val ada yang pengen aku omongin sama kamu, ikut aku yuk” jawab Varo, “tunggu, kamu jawab dulu pertanyaan aku” ucap Vallen kesal, “iya nanti ditaman aku jelasin semuanya” jawab Varo. Sesampainya ditaman mereka duduk disalah satu bangku dibawah pohon yang rindang, terjadi hening beberapa saat sampai Varo menarik nafas panjang dan mulai berkata, “Val, aku mau ngasih tau ke kamu alasan aku gak masuk selama 2 minggu itu, tapi plis aku mohon kamu jangan potong omongan aku dulu” ucap Varo, Vallen hanya mengangguk sebagai tanda, dan mengalirlah semua cerita itu, “Val, kamu tau enggak betapa senengnya aku pas pertama lihat kamu? Sejak awal ketemu aku udah yakin kalau kita akan deket seperti ini, awalnya memang kamu itu dingin, jutek dan tidak peduli tapi aku tetep berusaha buat kamu ketawa sampai akhirnya aku berhasil. Sampai saat dimana kamu cerita ke aku tentang alasan sikap kamu kaya gini dan sejak itu kita jadi sering cerita satu sama lain, tetapi ada satu hal yang belum aku ceritakan kekamu, yaitu tentang penyakit aku.” Varo terdiam sejenak dan Vallen sudah membulatkan matanya terkejut, “pe-penyakit apa Var?” tanya Vallen, “aku punya penyakit leukemia yang udah aku alami dari umur 10 tahun, kata dokter hidup aku udah engga lama lagi, 2 minggu kemarin aku gak masuk karena aku dirawat, aku memang tidak memberitahu siapapun soal ini, yang tahu hanya pihak sekolah. Sebelum aku pergi, aku mau kamu tau tentang perasaan aku yang udah mulai berubah sejak kita semakin dekat, perasaan yang awalnya hanya sebatas teman lalu berubah menjadi sahabat. Aku tau hidup aku udah gak lama lagi dan aku ingin kamu tau kalau aku sangat menyayangimu. Mungkin setelah ini kits tidak akan bersama lagi tapi aku mohon sama kamu untuk tidak bersikap dingin lagi kepada orang lain, aku mau kamu lebih terbuka dengan orang lain. Jangan jadikan kesibukan orang tua mu membuat kamu bersikap kaya gini, kamu tidak pernah sendiri Val, walaupun orang tuamu sibuk tapi kamu masih punya 5 pelayan kamu dan kamu juga pasti punya banyak teman kalau kamu berubah. Aku engga mau kalau setelah aku pergi kamu masih bersikap seperti ini. Cuma itu yang bisa aku bilang ke kamu, aku sayang banget sama kamu Val.” Setelah itu Varo memeluk Vallen dan tiba-tiba tubuh Varo menjadi lemah dan seketika gelap semua. Vallen panik melihat itu, dia mencoba mengguncangkan tubuh Varo tetapi tidak ada kemajuan, akhirnya Vallen menelpon ambulan dan beberapa menit ambulan tersbut sampai dan segera membawa Vano kerumah sakit. Varo dibawa masuk oleh suster menuju ruang UGD, beberapa saat kemudian orang tua Varo datang dan menghampiri Vallen, Vallen yang memang sudah dekat dengan orang tua Varo seketika berlari dan langsung memeluk ibu Varo, “tan, Varo gak kenapa-napa kan tan?” ucap Vallen mulai terisak, mamah dan papah Varo berusaha untuk menenangkan Vallen. Lalu setelah 1 jam, seorang dokter keluar dari ruangan tersebut dengan wajah pucat, “kami sudah berusaha tetapi…. Maaf anak anda tidak tertolong” ucap dokter sedih. Seketika tangis Vallen menggema, Vallen tidak percaya bahwa Varo akan meninggalkannya. Setelah kepergian Vano, Vallen kembali menjadi gadis yang pendiam. Vallen masih tidak percaya bahwa, Varo akan pergi secepat ini. Selama 1 minggu ia terpuruk, tapi suatu hari Vallen memikirkan kata-kata Varo yang meminta dirinya untuk barubah dan Vallen yakin jika ia menuruti apa yang dikatakan Vano maka Varo pasti akan bahagia disana. Sejak itu Vallen berubah menjadi gadis yang tidak lagi bersikap dingin dan cuek, ia sekarang adalah gadis periang yang memiliki banyak teman.

Tuhan mempertemukan seseorang pasti dengan sebuah alasan dan memisahkan seseorang pasti dengan sebuah alasan pula. Sebuah alasan yang mungkin menurut kita itu bukan yang terbaik tetapi menurut Tuhan itu merupakan suatu alasan yang terbaik untuk kita. Jangan pernah menyesali takdir yang sudah ditulis Tuhan untuk kita. Karena semua ini pasti akan indah pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar